Krisis Air dan Pertanian, Ancaman Perubahan Iklim di Indonesia
Krisis Air dan Pertanian, Ancaman Perubahan Iklim di Indonesia--Freepik
JAKARTA, KORANPRABUMULIHPOS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa perubahan iklim berdampak besar terhadap pola curah hujan di sejumlah wilayah di Indonesia.
Penelitian ini menunjukkan bahwa dampak tersebut dapat memengaruhi ketersediaan air dan sektor pertanian, sehingga perlu perhatian serius untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.
Dalam beberapa tahun mendatang, ada kecenderungan bahwa kondisi cuaca akan menjadi lebih kering, terutama jika langkah-langkah mitigasi tidak segera dilaksanakan.
Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG, Alberth Nahas, menjelaskan dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bahwa tanpa adanya tindakan mitigasi dan adaptasi yang efektif, wilayah-wilayah tertentu, seperti Sumatera bagian utara dan tengah, akan mengalami penurunan signifikan dalam potensi hujan.
BACA JUGA:Proyek Irigasi Dujiangyan, Inspirasi Kader Desa Indonesia untuk Mempelajari Teknologi Irigasi Kuno
BACA JUGA:DPR Sarankan Anggaran Pilkada Ulang diambil dari APBN
"Secara umum di semua skenario dan periode bulan-bulannya itu adalah Sumatera bagian utara dan tengah mengalami penurunan potensi hujan atau potensi jumlah hujan," katanya.
Alberth menekankan pentingnya memahami model iklim yang dihasilkan oleh skenario Representative Concentration Pathways (RCP) 8.5, yang menunjukkan bahwa tanpa upaya mitigasi, saat musim kering—yakni antara bulan Juni, Juli, dan Agustus—hampir seluruh wilayah Indonesia akan mengalami penurunan curah hujan kumulatif yang cukup drastis dibandingkan dengan periode historis 1976-2005.
Penurunan curah hujan ini, lanjutnya, akan terasa lebih nyata di wilayah-wilayah seperti Sulawesi, Jawa bagian selatan, dan Papua bagian selatan. Hal ini menandakan bahwa daerah-daerah tersebut berisiko semakin parah jika tidak ada tindakan mitigasi yang tepat.
"Ini mengindikasikan di wilayah tersebut kalau kita tidak melakukan aksi mitigasi atau kalau tidak memaksimalkan aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim maka daerah-daerah tersebut akan semakin rawan terhadap penurunan curah hujan kumulatif," lanjutnya.
BACA JUGA:Perundungan di Sekolah: DPR Minta Kemendikbud Bertindak Tegas
BACA JUGA:Bandara IKN Resmi Beroperasi: Presiden Jokowi Lakukan Pendaratan Perdana
Dampak dari penurunan curah hujan ini dapat berlanjut dan menciptakan masalah bagi masyarakat, terutama terkait dengan ketersediaan air bersih dan dampak negatif terhadap sektor pertanian.
Pertanian yang bergantung pada irigasi tadah hujan, misalnya, akan sangat terpengaruh oleh kondisi ini.