Indonesia Berpotensi Mendapatkan Manfaat Ekonomi Digital dari AI hingga Rp 5,6 Triliun pada 2030
Kecerdasan Manusia --
KORANPRABUMULIHPOS.COM - Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan meraih manfaat ekonomi digital yang melimpah.
Kontribusi AI terhadap ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai USD 366 miliar atau sekitar Rp 5,6 triliun pada tahun 2030.
Staf Ahli Bidang Sosial, Ekonomi, dan Budaya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Wijaya Kusumawardhana, menyatakan bahwa kontribusi AI terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global diperkirakan mencapai USD 13 triliun.
Sementara untuk kawasan Asia Tenggara dapat mencapai USD 1 triliun, dengan USD 366 miliar di antaranya berasal dari Indonesia.
BACA JUGA:Socceroos Ditahan Imbang Timnas Indonesia, Netizen Australia ngamuk: ‘Pecat Pelatih Sekarang Juga!’
Wijaya menjelaskan bahwa teknologi AI akan membantu Indonesia mengejar ketertinggalan dalam ekonomi digital dibandingkan negara-negara lain.
“Apalagi negara kita memiliki generasi muda yang besar, yaitu 105 juta warga muda,” ujar Wijaya di acara Selular Business Forum, Jakarta, Senin (9/9/2024).
Deputy EVP Digital Technology and Platform Business Telkom, Ari Kurniawan, juga menyoroti bahwa tren kapitalisasi pasar global generatif AI telah menarik investasi yang signifikan di berbagai sektor, dari USD 44 miliar pada tahun 2020 menjadi USD 16,3 triliun pada tahun 2023.
Namun, penerapan AI di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga, dengan indeks keseluruhan 61,03, berada di bawah Singapura (81,97), Malaysia (68,71), dan Thailand (63,03).
BACA JUGA:Waduh! Pengiklan Ramai-ramai Tinggalkan X, Benarkah Elon Musk Jadi Pemicu?
BACA JUGA:Ribuan Pelamar Daftar Seleksi CPNS Prabumulih
Ari menekankan perlunya strategi nasional yang jelas untuk mempercepat adopsi AI di Indonesia.
“Strategi ini harus mencakup investasi dalam penelitian dan pengembangan AI, pembangunan ekosistem digital, pembuatan kebijakan yang mendukung AI, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, serta persiapan menghadapi transformasi pasar tenaga kerja dan kolaborasi internasional untuk AI yang dapat dipercaya,” kata Ari.