Mokusaku Bisa Jadi Solusi Sampah Kota Prabumulih

Proses pembuatan Mokusaku--

Mokusaku Bisa Jadi Solusi Sampah Kota Prabumulih

KORANPRABUMULIHPOS.COM- Menyikapi kondisi darurat penanganan sampah di Kota Prabumulih saat ini, Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) bersama komunitas Prabumaggot Indonesia menawarkan solusi. Salah satunya, pengolahan sampah biomassa menjadi mokusaku. 

Syamsul Asinar Radjam, pendiri INAgri, menyatakan lebih dari 50% sampah yang menjadi beban TPA terdiri sampah organik. Di antara jenis sampah organik terdapat pula sampah dari dari biomassa tumbuhan. 

Mulai dari batang kayu, ranting, daun, bahkan cangkang kelapa muda. Jenis sampah ini dihasilkan dari kegiatan penebangan dan pemangkasan pohon, sapuan taman dan jalan, hingga usaha perdagangan kelapa.

Berdasar data KLHK, volume sampah biomassa mencapai 12-13 % keseluruhan sampah. Sampah dari biomassa menimbulkan masalah bagi TPA karena banyak memakan tempat, sementara TPA Kota Prabumulih dalam kondisi kelebihan beban. 

BACA JUGA:Innalillahi, Syarifah Salma Istri Habib Luthfi bin Yahya Wafat

BACA JUGA:Kementrian PUPR Buka Lowongan Kerja Untuk Lulusan SMA-S1, Usia maksumal 45 Tahun

Jenis sampah ini relatif tidak terolah dengan baik, karena dianggap tidak memiliki nilai ekonomis bagi pemulung maupun pelaku usaha barang bekas dan daur ulang.

“Ado gunonyo galo (semua ada manfaatnya), Sampah biomassa memiliki potensi besar untuk diolah menjadi arang aktif (biochar) maupun arang biasa, dan pada saat bersamaan dapat menghasilkan mokusaku.”kata Syamsul, Rabu 29 Mei 2024 di Rumah prabumaGGot, Komplek DLH Prabumulih.

Diketahui Mokusaku adalah nama lain dari cuka kayu atau wood vinegar. Cairan ini diakui sebagai cairan multi-manfaat di banyak negara. 

Mulai dari pengawet makanan, pengendali hama dan penyakit tanaman, pembenah tanah, anti-bakterial, penghilang bau di TPA maupun peternakan, dan lain sebagainya. 

BACA JUGA:3 Shio Ini Sangat Susah ditebak, Misterius dan Bikin Orang Sekitarnya Penasaran

BACA JUGA:Hasilkan Uang dengan Membaca, Ini Aplikasinya...

Syamsul yang juga aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) ini, mengungkapkan bahwa mokusaku juga umum dipakai sebagai pengganti asam semut atau “cuko-parah” yang diperlukan petani karet untuk menggumpalkan lateks.

Tag
Share
PRABUMULIHPOSBANNER