Terharu! Begini Cara Dokter Hewan Rawat 28 Ekor Gajah di Suaka Margasatwa
Gajah Sumatera di Pusat Konservasi Padang Sugihan OKI dirawat. ----
"Tubuhnya lemah, jalannya lunglai, mata sayu, nafsu makan berkurang. Tidak hanya itu, jumlah kotoran berkurang dari biasanya. Kadang juga diare. Pemeriksaan kesehatan harus rutin dan segera dilakukan," jelas Wahyu.
Lanjut dia, jika gejala berlanjut, maka harus juga dengan cek laboratorium darah, feses, dan urin. Termasuk kerjasama dengan mahout atau pawang sangat penting untuk mengetahui riwayat kesehatan gajah.
“Pastinya, kami akan bertanya ke mahout, apa yang dimakan gajah asuhannya beberapa hari terakhir. Bagaimana nafsu makan minumnya, tingkah laku, kondisi feses dan urin serta catatan medis lain pendukung untuk memastikan riwayat keseharian,” terang pria lulusan Pendidikan Dokter Hewan Universitas Udayana Bali itu.
Selain itu, tambahnya kesehatan seekor gajah tidak semata tergantung pada gajahnya saja, melainkan juga pada lingkungannya. Semakin berkurang (atau mengecil) habitatnya, nutrisi yang tersedia akan semakin sedikit.
Jadi, alhasil, gajah harus disuplai dengan suplemen buatan manusia. Untuk diketahui gajah adalah hewan cerdas dan juga manja serta jahil.
Ia menceritakan, banyak kesan cerita saat merawat gajah, yang sehat, sakit, gajah hamil maupun merawat anak gajah.
"Ketika sakit, sifat manjanya keluar. Bahkan, pawangnya [mahout] harus menunggu. Bila tidak dituruti, dia gelisah," tuturnya.
Sebenarnya, diungkapkan Wahyu, dalam merawat hewan tidak cukup dengan pengetahuan medis saja perlu naluri dan kesungguhan.
"Untuk merawat satwa, kita harus bermain dengan perasaan dan naluri sebab mereka tidak bisa bicara. Kitalah yang berusaha mengerti apa yang mereka rasakan,” ujarnya.
Tantangan lainnya terang dia saat merawat gajah yang berusia remaja dengan tabiat seperti anak baru gede (ABG) layaknya manusia.
"Harus pintar-pintar melihat kondisi emosi gajahnya. Terlebih anak gajah yang masih berusia remaja, emosinya naik-turun karena masa pubertas," terangnya.
Masih kata dia, jika sudah "ngambek", harus jaga jarak dulu. "Kita lihat lagi, kalau dia lagi nggak bagus emosinya, kita mengalah dahulu, apalagi gajah ini satwa yang pandai," kata Wahyu.
Untuk diketahui kawasan konservasi gajah, berada di Area Pusat Konservasi Gajah (PKG) Jalur 21. Lokasi ini merupakan tempat paling tinggi di Suaka Margasatwa (SM) Padang Sugihan yang berdekatan dengan sungai, rawa dan daratan.
PKG Jalur 21 berada pada seluruh blok pemanfaatan SM Padang Sugihan dengan luasan mencapai 7.349,60 hektar.
Kawasan ini tidak semata berfungsi sebagai fasilitas pelatihan gajah, tetapi juga menyediakan luasan yang memadai untuk pengembalaan dan pergerakan semi liar bagi gajah.