Kurikulum Merdeka Antara Asa dan Gelisa
Apel pagi merupakan salah satu budaya positif yang dilaksanakan oleh siswa dan guru--
PRABUMULIH - Semakin kesini Kurikulum Merdeka (Kurmer) semakin tidak ada waktu untuk anak didik. Beberapa guru berpendapat bahwa kurmer itu hanya mengejar sertifikat, bukan mengejar keberhasilan siswa tapi mengejar keberhasilan pribadi guru.
Keadaan ini sangat memprihatinkan karena para siswa bebas belajar sesuai dengan peminatan siswa masing-masing. Guru memang tidak lepas dari dunia teknologi Karena Guru diminta untuk kreatif menggunakan aplikasi sebagai bahan ajar, dan juga untuk kebutuhan lain seperti penilaian bahkan tentang pencairan dana juga sudah menggunakan kecanggihan teknologi.
Kesibukan para guru yang juga dituntut untuk mengerjakan administrasi ini itu, tentu tidak terfokus lagi pada peserta didik dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Karena itu saat, kurikulum merdeka adalah realita antara Asa atau harapan dengan kegelisahan para guru yang harus memilih, apakah harus berpusat pada proses pembelajaran atau mengajar sebagai sambilan karena harus sibuk mengejar administrasi yang semuanya menggunakan aplikasi.
BACA JUGA:SDN 66 Jadwalkan Siswa dan Guru Senam Bersama
Namun harapan besar seperti disampaikan oleh Yansyah ALfikri, salah seorang guru penggerak angkatan 5 Kota Prabumulih dan juga Pengajar Praktik Angkatan 10 Prabumulih. Yansyah menjelaskan bahwa Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) itu mempermudah Guru dalam mengajar dan berbagi praktik baik, baik secara daring dan luring.
Hal ini sangat menguntungkan bagi siswa di Gen Z. karena gen Z bisa menggunakan teknologi secara baik dan benar, dan memanfaatkan beberapa platform yang terintegrasi di Merdeka Belajar. Sehingga pembelajaran yg berpihak pada Murid bisa tercapai. "Siswa di analisis melalui kegiatan ANBK secara tandon dan terintegrasi dengan Rapot mutu Pendidikan sekolah masing masing," jelasnya.
Pria yang juga merupakan Fasilitator pemulihan dan transformasi Pendidikan BPMP Sumsel ini, mengatakan bahwa beberapa guru yang mengeluhkan rumitnya IKM, Sejatinya adalah Panic Learning. Dimana guru tidak memahami bahwa kurikulum yang terbaik adalah kurikulum yang sesuai dengan Zamannya.
BACA JUGA:Pemilih Dilarang Membawa Hp ke Bilik Suara TPS
Sehingga untuk guru-guru traditional sudah seharusnya ikut melaksanakan transformasi pendidikan. Karena banyak para pendidik tradisional meninggalkan luka mendalam di hati muridnya sehingga murid merasa takut, cemas, dan enggn bertemu guru.
"Melalui program guru penggerak di harapkan guru guru di kota Prabumulih menjadi Leader dalam transformasi pendidikan menuju pendidik dan tenaga kependidikan yang mengedepankan Moral Sesuai dengan Profil Pelajar pancasila," harapnya.(05)