Pemerintah AS Siaga! Jaringan Federal Diserang Peretas Diduga dari Negara Asing

Pemerintah AS Panik! Serangan Siber Negara Asing Bobol Sistem F5--
KORANPRABUMULIHPOS.COM – Pemerintah Amerika Serikat tengah berada dalam kondisi waspada tinggi setelah jaringan federal mereka menjadi target serangan siber besar yang diduga dilakukan oleh aktor negara asing. Pelaku memanfaatkan celah keamanan pada perangkat dan perangkat lunak milik perusahaan keamanan siber ternama, F5 Networks.
Dalam pernyataan resminya, Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA) mengungkap bahwa para peretas berhasil menembus sistem internal F5 dan mencuri sejumlah file sensitif, termasuk sebagian source code serta informasi teknis terkait kerentanan produk perusahaan tersebut. Informasi ini dikhawatirkan bisa dimanfaatkan untuk menyerang perangkat F5 yang banyak digunakan di berbagai jaringan pemerintah maupun sektor swasta.
“Ancaman ini bersifat mendesak dan memiliki dampak signifikan terhadap jaringan federal yang menggunakan produk F5,” tegas CISA.
Nick Andersen, Executive Assistant Director for Cybersecurity CISA, meminta seluruh lembaga pemerintah untuk segera memeriksa perangkat F5 yang digunakan serta menginstal pembaruan keamanan terbaru. Ia juga memperingatkan sektor swasta agar tidak lengah, karena potensi serangan dapat meluas di luar institusi pemerintah.
Hingga kini, pihak berwenang belum mengungkap negara mana yang berada di balik serangan tersebut. Andersen menambahkan, sejauh ini belum ditemukan indikasi kompromi terhadap badan sipil federal.
Sementara itu, F5 membenarkan adanya akses ilegal ke sistem internal perusahaan pada 9 Agustus lalu. Dalam laporan resmi yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), F5 menyatakan serangan tersebut tidak berdampak langsung pada operasional perusahaan.
Namun, laporan Reuters menyebut bahwa peretas tersebut telah aktif menyusup ke jaringan F5 selama lebih dari setahun, jauh sebelum kejadian itu terdeteksi.
Untuk menangani kasus ini, F5 menggandeng sejumlah perusahaan keamanan siber besar seperti CrowdStrike, Mandiant, NCC Group, dan IOActive. Mereka memastikan tidak ada tanda-tanda manipulasi dalam proses pengembangan perangkat lunak F5. Meski begitu, F5 mengakui sebagian data pelanggan turut terdampak, dan pihaknya kini sedang melakukan pemberitahuan langsung kepada para pengguna yang terpengaruh.
Menariknya, F5 juga mendapatkan izin dari Departemen Kehakiman AS (DOJ) untuk menunda pengumuman publik terkait insiden ini hingga 12 September, dengan alasan keamanan nasional.
Sebagai informasi, F5 dikenal luas sebagai penyedia solusi keamanan jaringan dan aplikasi bagi institusi pemerintah serta perusahaan besar di seluruh dunia. Dengan adanya dugaan keterlibatan negara asing dan bocornya informasi internal yang kritis, serangan ini berpotensi memicu serangkaian eksploitasi lanjutan bila tidak segera ditangani secara menyeluruh.