Tarif Tinggi dari AS, Afrika Diprediksi Makin Dekat ke China

Donald Trump--

KORANPRABUMULIHPOS.COM – Langkah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang menerapkan tarif perdagangan tinggi terhadap sejumlah negara Afrika, diperkirakan justru akan mendorong negara-negara tersebut untuk mendekat ke China.

Dikutip dari CNN, Sabtu (2/8/2025), Gedung Putih mengumumkan bahwa empat negara Afrika—Libya, Afrika Selatan, Aljazair, dan Tunisia—menghadapi tarif tertinggi, antara 25% hingga 30%. Sementara itu, 18 negara Afrika lainnya dikenakan tarif sebesar 15%.

Trump sebelumnya menyatakan bahwa kebijakan tarif tersebut merupakan bentuk "timbal balik" terhadap negara-negara yang dianggap menyebabkan defisit perdagangan dengan Amerika.

Namun, di saat AS memperketat akses dagang, China justru membuka peluang baru. Negeri Tirai Bambu menawarkan kebijakan pembebasan bea masuk untuk hampir seluruh mitra dagang di Afrika, sebagai upaya mempererat hubungan ekonomi dengan benua tersebut.

Menurut peneliti asal Afrika Selatan, Neo Letswalo, ini adalah momentum yang mendorong penguatan perdagangan antarnegara berkembang atau South-South cooperation.

"Ini saatnya negara-negara Afrika memperkuat hubungan dagang di luar Amerika," ujar Letswalo.

Ia juga menilai bahwa pengaruh global AS semakin melemah, sementara ketergantungan negara-negara berkembang terhadap Amerika pun kian berkurang. Sebaliknya, China tampil sebagai alternatif yang makin relevan di kancah perdagangan internasional.

Sebelum kebijakan tarif diberlakukan, Afrika sempat berupaya menjalin kesepakatan dagang dengan AS. Namun, tidak ada hasil konkret yang dicapai. Hal ini dianggap sebagai peluang terbuka bagi Tiongkok untuk memperluas pengaruhnya.

Letswalo memperingatkan bahwa beban ekonomi tambahan akibat tarif dapat memperburuk masalah pengangguran, terutama jika bisnis asing memilih keluar dari kawasan seperti Afrika Selatan.

Namun demikian, ia juga mengingatkan bahwa berpaling ke China bukan tanpa risiko. Ketergantungan terhadap produk murah China bisa melemahkan industri lokal, terutama di negara-negara yang sensitif terhadap harga.

“Tanpa perlindungan yang tepat, industri lokal yang baru tumbuh bisa kalah bersaing dengan barang-barang impor dari China,” tambahnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan
IKLAN
PRABUMULIHPOSBANNER