Kisah Puspa Dewi: Pekerja Migran Ilegal Prabumulih yang Akhirnya Pulang Setelah Alami Perlakuan Buruk

Kisah Puspa Dewi: Pekerja Migran Ilegal Prabumulih yang Akhirnya Pulang Setelah Alami Perlakuan Buruk--Foto: Prabupos
KORANPRABUMULIHPOS.COM - Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Prabumulih berhasil memulangkan Pekerja Migran Indonesia (PMI) ilegal asal Prabumulih, Puspa Dewi (36).
Pada Senin malam (17/2), sekitar pukul 22.59 WIB, Puspa Dewi tiba di kantor Disnaker Prabumulih, didampingi oleh Plt Kepala BP3MI Sumsel, pihak Disnaker Prabumulih, serta Dinsos Prabumulih. Kehadirannya disambut hangat oleh ibunya, Nilawati, dan kerabat lainnya yang sudah menunggu lama.
Dengan mengenakan kerudung berwarna pink, kemeja putih-biru, jeans biru, dan sepatu putih, Puspa Dewi tampak sehat dan tidak kekurangan suatu apapun. Ia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses kepulangannya ke Indonesia dengan selamat. "Saya sudah jerah," ujarnya.
BACA JUGA:Jelang Pelantikan Kepala Daerah, PJ Wako Prabumulih Pimpin Apel Terakhir
BACA JUGA:Komoditas Sayur di Pasar Inpres Prabumulih Stabil, Tapi Harga Wortel dan Telur Masih Tinggi
Puspa Dewi, yang juga seorang ibu dari dua anak, mengungkapkan bahwa salah satu alasan dia merasa tidak tahan bekerja di luar negeri adalah karena perlakuan buruk dari majikan. Selain itu, ia juga tidak menerima gaji selama 4,5 bulan bekerja dan saat ingin pulang, pihak agen meminta sejumlah uang sebagai ganti rugi.
Mengenai perlakuan yang membuatnya merasa tidak betah, Puspa Dewi menjelaskan bahwa selama bekerja di Singapura, ia sering dimarahi oleh majikan dan anak-anak yang ia rawat sangat nakal. "Saya selalu merasa serba salah," katanya, menambahkan bahwa ia mengalami kekerasan verbal, namun tidak pernah mendapat kekerasan fisik.
Perempuan kelahiran 1989 ini mengakui bahwa alasan ekonomilah yang membuatnya memilih untuk bekerja secara ilegal di Singapura. "Saya butuh pekerjaan dan uang," jelasnya dengan suara pelan. Selain itu, ia juga dijanjikan gaji yang lebih besar dibandingkan dengan bekerja di Prabumulih. Teman-temannya, baik yang berada di Singapura maupun di Prabumulih, yang menawarkan kesempatan tersebut.
Selama bekerja di Singapura, Puspa Dewi dijanjikan gaji sebesar 550 dollar Singapura ditambah 20 dollar sebagai kompensasi hari libur. "Jika dihitung dengan off day, totalnya sekitar Rp7 juta per bulan," tambahnya.
BACA JUGA:Jangan Resah, Gaji PHL Pemkot Prabumulih Segera Dibayar
BACA JUGA:Komoditas Sayur di Pasar Inpres Prabumulih Stabil, Tapi Harga Wortel dan Telur Masih Tinggi
Kepala Disnaker Prabumulih, H. Sanjay Yunus, mengungkapkan bahwa kepulangan Puspa Dewi berawal dari informasi yang didapatkan melalui media sosial, di mana Puspa Dewi meminta bantuan kepada Pemerintah Kota Prabumulih, Pemerintah Provinsi Sumsel, dan Kepala Dinas Tenaga Kerja. "Setelah mendapatkan laporan, saya langsung memerintahkan staf untuk mengecek kebenaran informasi tersebut dan menghubungi keluarganya," ujarnya.
Pihaknya kemudian berkomunikasi langsung dengan Puspa Dewi melalui bantuan keluarganya. "Waktu itu, saya juga menerima telepon dari Walikota terpilih untuk mencari solusi agar Puspa Dewi bisa dipulangkan. Saya pun segera menyurati BP3MI Sumsel, yang kemudian berkoordinasi dengan KBRI untuk membantu proses kepulangannya," jelas Sanjay.
Mengenai denda sebesar Rp26 juta yang harus dibayar Puspa Dewi, Sanjay mengungkapkan bahwa pihak agen telah mempermudah proses tersebut setelah KBRI dan pihaknya menghubungi mereka. "Kami segera membeli tiket untuk kepulangannya pada tanggal 17 Februari, dan Pemkot Prabumulih menanggung biaya kepulangannya," tambahnya.