MURATARA, PRABUMULIHPOS - Aksi nekat pelajar SD di Desa Sosokan, Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten MURATARA, menantang maut dan menyita perhatian warga.
Itu terpaksa dilakukan akibat jembatan di desa mereka yang rusak dihantam banjir luapan.
Saat pergi dan pulang sekolah mereka harus memanjat tali seling hingga bisa kembali ke rumah.
Banjir luapan yang terjadi di awal 2024 lalu di Kabupaten Muratara, memang banyak menghancurkan sejumlah bangunan rumah dan memutus akses jembatan utama masyarakat di wilayah ini.
BACA JUGA:Kapal Tongkang MJS 2001 Tabrak Tiang Jembatan Aurduri I, Usai Tabrak Kapal Tetap Melaju
Namun dampaknya, hingga kini dirasakan oleh masyarakat. Tak luput juga kesulitan itu dirasakan para bocah pelajar SD di Desa Sosokan, Kecamatan Ulu Rawas, yang harus bertaruh dengan maut untuk mengenyam pendidikan.
Umar, wali murid asal Desa Sosokan, mengungkapkan, kondisi itu memang terjadi di wilayah Desa sosokan.
Jembatan di Desa mereka putus akibat dihantam banjir luapan di awal tahun, sehingga warga harus menggunakan alternatif lain.
"Memang di desa kami itu ada ponton dari papan dan drum, tapi kalau air deras tidak bisa dipakai karena arus deras dan takut hanyut. Untuk melintas warga harus pakai perahu tapi itu bayar," ucapnya.
BACA JUGA:Tim Gabungan Gagalkan Penyelundupan 125 Ribu Ekor Benih Lobster di Jambi
Bagi warga yang keberatan membayar naik perahu mereka mau tidak mau harus memanjat tali seling jembatan yang putus. Dan berjalan di titian jembatan yang rusak.
"Anak-anak sekolah banyak lewat jembatan yang rusak mereka memanjat, sering dilarang tapi masih saja mereka lewat memanjat jembatan. Padahal kalau jatuh ke sungai itu bahaya karena aliran Sungai Rawas," ujarnya.
Warga berharap, agar jembatan di desa mereka yang putus agar bisa segera diperbaiki sehingga tidak mengancam keselamatan warga saat melintas.