“Kami melihat potensi besar dari Cluster Benuang. Inovasi yang kami terapkan telah terbukti secara nyata meningkatkan produksi secara signifikan. Ini bisa menjadi model penerapan Batch Drilling Onshore untuk wilayah operasi lainnya,” ujarnya.
Batch Drilling Onshore sendiri merupakan metode pengeboran beberapa sumur secara berurutan dalam satu lokasi (wellpad) tanpa perlu membongkar dan memasang kembali peralatan rig.
Artinya, rig hanya berpindah dari satu titik ke titik lain secara horizontal menggunakan sistem skidding atau walking system, yang membuat proses menjadi lebih cepat, hemat, dan efisien.
Sejak penerapannya dan produksi pada September 2025 di Lapangan Benuang, hasil yang dicapai terbilang luar biasa. Produksi minyak meningkat dari 380 BOPD menjadi 3.200 BOPD hanya dalam hitungan bulan pertama tahun 2025.
Bahkan, data terbaru menunjukkan bahwa dari lima sumur yang dibor menggunakan metode Batch Drilling, empat sumur telah selesai dan menghasilkan 3.388 barel per hari (BOPD), jauh melampaui target awal sebesar 1.200 BOPD. Dengan rata-rata produksi harian pun kini berada di angka 1.552 BOPD, sebuah capaian yang menjadi bukti nyata efektivitas inovasi ini.
Menurut Awang Lazuardi, Direktur Pengembangan & Produksi PHR, keberhasilan ini bukan sekadar hasil eksperimen teknis, tetapi bentuk nyata dari efisiensi operasional yang terukur.
“Dengan teknik ini, kami dapat menghemat hingga 30 persen biaya operasional dan mempercepat waktu pengeboran hingga 95 hari. Efisiensi tercapai tanpa mengabaikan aspek keselamatan kerja, yang tetap menjadi prioritas utama,” tegasnya.
Batch Drilling menawarkan keunggulan di berbagai aspek. Dari sisi investasi, metode ini mampu menghemat 15 persen dari total biaya pengeboran, atau setara dengan USD 4,938 juta.
Selain itu, metode ini juga membantu mengurangi non-productive time (NPT), waktu henti yang biasanya terjadi saat rig harus dibongkar dan dipasang kembali di lokasi pengeboran baru. Dengan sistem horizontal moving, aktivitas pengeboran dapat berjalan berkesinambungan tanpa jeda signifikan.
Bagi PHR, setiap hari efisiensi berarti peningkatan nilai keekonomian proyek. Karena itu, Batch Drilling tidak hanya meningkatkan produksi, tetapi juga memperkuat daya saing operasional perusahaan di tengah dinamika industri energi global yang terus berubah.
Selain efisiensi teknis dan finansial, metode ini memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Sistem Batch Drilling mengurangi mobilisasi alat berat, penggunaan air permukaan, dan volume limbah pengeboran. Hal ini sangat penting mengingat lokasi-lokasi pengeboran di Sumatera Selatan sering berada dekat dengan kawasan pemukiman dan area produktif lain seperti perkebunan.
“Penerapan Batch Drilling Onshore di Adera Field adalah bukti nyata bahwa inovasi dan efisiensi bisa berjalan beriringan dengan tetap mengedepankan aspek keselamatan kerja,” ungkap General Manager Zona 4, Djudjuwanto.
Menurutnya, pengelolaan operasi migas tidak lagi hanya berbicara soal produksi semata, tetapi juga tanggung jawab sosial dan lingkungan (ESG). Karena itu, PHR memastikan setiap kegiatan pengeboran dilakukan dengan standar keselamatan tertinggi serta meminimalkan dampak terhadap ekosistem sekitar.
Lebih dari sekadar teknologi, Batch Drilling juga membawa perubahan besar terhadap budaya kerja internal. Implementasi metode ini mendorong karyawan untuk lebih adaptif terhadap perubahan, meningkatkan kemampuan manajemen risiko, dan memperkuat semangat continuous improvement.
Proyek Batch Drilling di Adera Field menjadi ajang pembelajaran kolektif lintas divisi. Tim teknik, HSSE, hingga operasional belajar bekerja lebih kolaboratif dan responsif terhadap tantangan lapangan. “Metode ini menunjukkan kesiapan tim dalam menghadapi proyek berkompleksitas tinggi. Kami belajar mengelola risiko lebih baik dan terus berinovasi,” tambah Djudjuwanto.
Transformasi budaya ini sejalan dengan arah besar Pertamina Group yang tengah menjalankan transformasi operasional dan digitalisasi sektor hulu untuk memperkuat daya saing global.