Bukan Sekadar Membaca: Dinas Perpustakaan Prabumulih Ubah Literasi Jadi Konten Kreatif

Selasa 22 Jul 2025 - 19:10 WIB
Reporter : Dwiki Al Akhyar
Editor : Ros Suhendra

Transformasi Peran Perpustakaan di Tengah Revolusi Digital

Selama ini, perpustakaan kerap dipandang sebagai ruang sunyi yang dipenuhi rak buku dan hanya menarik bagi segelintir pengunjung.

BACA JUGA:Kinerja Keuangan Makin Efisien, BRI Bukukan CASA Rp934 Triliun

BACA JUGA:Unggul di Layanan Digital dan Konvensional, BRI Sabet 11 Penghargaan di Ajang Banking Service Excellence 2025

Namun, melalui kegiatan bimtek ini, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Prabumulih tengah mengubah paradigma tersebut dengan mentransformasi perpustakaan menjadi pusat inovasi literasi digital. 

Peran mereka kini tidak hanya sebatas pengelola buku dan arsip, tetapi juga sebagai fasilitator yang membantu masyarakat beradaptasi dengan era digital secara aktif dan kreatif.

Transformasi ini menjadi contoh nyata bagaimana lembaga pemerintah dapat bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman, tanpa meninggalkan esensi utama sebagai pusat pengetahuan. 

Perpustakaan menjadi lebih hidup dan relevan, menjembatani kebutuhan masyarakat akan informasi dalam bentuk yang lebih akrab dengan kehidupan mereka sehari-hari. Ketika literasi hadir melalui video pendek di media sosial, perpustakaan pun menjadi lebih mudah diakses, lintas ruang dan waktu.

Langkah ini memperkuat posisi perpustakaan sebagai ruang publik yang tidak hanya menyediakan informasi, tetapi juga memberdayakan masyarakat untuk menjadi pencipta pengetahuan. 

Digitalisasi konten literasi memberi peluang kolaboratif dan partisipatif yang lebih luas, menjadikan perpustakaan sebagai pusat gerakan sosial berbasis literasi digital. 

Dengan demikian, perpustakaan bukan lagi tempat yang ditinggalkan, melainkan ruang yang terus berkembang dan membumi dalam kehidupan masyarakat Prabumulih.

Kolaborasi sebagai Kunci Keberhasilan Gerakan Literasi Digital Keberhasilan bimtek ini tidak semata bergantung pada materi pelatihan dan kompetensi fasilitator, tetapi juga ditentukan oleh kolaborasi lintas pihak yang saling mendukung. 

Dinas, peserta, komunitas kreatif, hingga media lokal berperan aktif dalam menyebarluaskan semangat dan hasil kegiatan ini. Kolaborasi tersebut menjadi fondasi penting untuk memperluas jangkauan gerakan literasi digital dan memastikan bahwa dampaknya terasa nyata di berbagai lapisan masyarakat.

Dengan melibatkan sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan komunitas literasi, konten-konten hasil bimtek dapat masuk ke dalam kurikulum informal yang inspiratif. 

Anak-anak dan remaja bisa belajar literasi digital tidak hanya dari buku, tetapi juga melalui praktik langsung dan kolaborasi kreatif. Hal ini akan mendorong budaya belajar yang lebih aktif, inovatif, dan kontekstual, selaras dengan kebutuhan zaman yang menuntut keterampilan abad 21.

Agar gerakan ini berkelanjutan, dukungan dari pemerintah daerah sangat dibutuhkan, baik dalam bentuk kebijakan maupun pendanaan. Literasi digital bukan sekadar tren sesaat, melainkan kebutuhan yang harus dijawab secara strategis dan kolaboratif. 

Kategori :