Adapun ritual malam satu suro dilakukan sebagai bentuk pembersihan jiwa, mencari petunjuk batin, serta mendekatkan diri kepada Tuhan juga leluhur.
BACA JUGA:Joko Anwar: Lebih dari Sekadar Horor, Terselip Kritik Sosial Tajam dalam 10 karya Filmnya
Untuk mereka yang menjalankan tirakat biasanya sebelumnya telah meyakini bahwa malam ini sudah sangat baik untuk memohon keselamatan, kekuatan batin, dan ketentraman hidup.
Selain itu, malam ini dikenal sebagai malam pantangan. Salah satu pantangan yang umum dan sering dipercaya adalah larangan menggelar pesta pernikahan atau hajatan besar.
Hal ini dikarenakan bulan Suro dianggap sebagai bulan untuk merenung dan menyendiri, bukan untuk bersuka cita secara berlebihan.
Untuk pantangan lainnya seperti tidak boleh bepergian jauh atau keluar rumah tanpa keperluan yang sangat penting, karena dipercaya bisa mendatangkan kesialan atau gangguan dari makhluk halus.
BACA JUGA:Sudah Tau Belum, Ini 5 Transportasi Tradisional Indonesia
BACA JUGA:Menelusuri Keindahan Alam dan Tradisi Unik di Kepulauan Mentawai
Pada saat ini tak semua masyarakat Jawa masih melakukan adat ini, meskipun demikian malam Satu Suro tetap memiliki tempat khusus di hati banyak orang.
Malam Satu Suro menjadi simbol dari kekayaan budaya Jawa yang mengajarkan kita untuk selalu menghormati waktu, alam, dan juga leluhur.
Nilai nilai seperti ketenangan batin, kesederhanaan, dan penghormatan terhadap yang tak kasat mata merupakan pelajaran berharga yang didapatkan dari tradisi ini.
Dengan demikian malam Satu Suro tak hanya sekedar malam pergantian tahun dalam kalender masyarakat Jawa.
BACA JUGA:Tempat Wisata Menawan di Sumatera Selatan: Gunung Dempo dengan Pesona dan Kisah Mistisnya
BACA JUGA:Dikaitkan dengan Hal Mistis, Ini Manfaat Bunga Melati untuk Kesehatan
Tetapi malam satu suro merupakan malam yang penuh makna, malam sakral yang dijaga dengan tradisi luhur, serta dilengkapi dengan pantangan pantangan yang tidak boleh dilakukan.