Ketika bekerja sebagai sopir angkot Prajogo Pangestu mulai mendapatkan celah untuk menjadi seorang pengusaha.
Saat itu Prajogo bertemu dengan pengusaha kayu Malaysia bernama Bong Sun On atau burhan Uray pada 1960-an.
Pengusaha kayu tersebut kemudian mengajak Prajogo untuk bekerja di perusahaan miliknya Djajanti Timber Group.
Melalui perkenalan tersebut Prajogo akhirnya bergabung ke PT Djajanti Group pada 1969 dan dipercaya untuk mengelola Hak Pengusaha Hutan (HPH) di Kalimantan Tengah.
Melalui kerjaannya tersebut Prajogo akhirnya mempunyai banyak pengalaman dan pengetahuan terkait kayu.
Sehingga pada akhir 1980 Prajogo memutuskan untuk membuka bisnisnya sendiri dan mendirikan CV Pacific Lumber Coy.
Karier Bisnis
Setelah membeli CV Pacific Lumber Coy, Prajogo mengganti namanya menjadi PT Barito Pacific Timber.
Pada 1993, perusahaan tersebut mulai dikenal masyarakat dan namanya berubah kembali menjadi Barito Pacific pada 2007.
Dikutip dari Forbes, bisnis itu pun berkembang di berbagai bidang.
Pada 2007, Barito Pacific mengakuisisi 70 persen saham perusahaan petrokimia Chandra Asri yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan tersebut menjadi produsen petrokimia terbesar nasional setelah bergabung dengan Tri Polyta Indonesia.
Dia juga memperluas bisnisnya pada industri batu bara dan memperkenalkan Petrindo Jaya Kreasi yang IPO di bursa pada 2023.
Namanya juga semakin dikenal publik akhir-akhir ini karena bisnisnya di sektor petrokimia dan energi.
Prajogo juga tergabung dalam konsorsium nusantara pimpinan Bos Agung Sedayu Group Sugianto Kusuma yang berinvestasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Selain itu di sepanjang 2023 perusahaannya juga mengalami kinerja yang memuaskan terbukti dengan adanya kenaikan saham.