KORANPRABUMULIHPOS.COM - Perubahan iklim kini menjadi ancaman serius bagi kehidupan beruang kutub. Dampak perubahan iklim tidak hanya membuat habitat es mereka semakin menyusut, tetapi juga membuat beruang kutub lebih rentan terpapar infeksi patogen, termasuk kuman dan parasit. Hal ini terungkap dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE pada 23 Oktober 2024, yang membahas kondisi beruang kutub dalam menghadapi ancaman penyakit.
Studi ini menunjukkan bahwa beruang kutub di sekitar wilayah Alaska semakin sering terpapar patogen. Apa yang menyebabkan kondisi ini?
Meningkatnya Suhu Memungkinkan Patogen Bertahan di Kutub Utara
Patogen, yang mencakup bakteri, virus, jamur, dan parasit, merupakan mikroorganisme penyebab penyakit yang berpotensi mematikan. Biasanya, patogen tidak dapat bertahan di lingkungan kutub yang ekstrem. Namun, dengan meningkatnya suhu akibat perubahan iklim, patogen kini mulai mampu bertahan dan berkembang biak di Kutub Utara.
Beruang kutub sendiri tidak memiliki sistem kekebalan yang cukup untuk melawan jenis patogen ini. Alhasil, mereka menjadi lebih mudah terinfeksi, yang berpotensi mengancam kelangsungan hidup mereka.
BACA JUGA:T1 Menangkan Gelar Juara Dunia League of Legends 2023 dan Kantongi Rp 6,8 Miliar
"Pemanasan global membuat patogen mampu bertahan di lingkungan yang sebelumnya tak mungkin mereka tinggali," ungkap Karyn Rode, ahli biologi satwa liar dari Pusat Sains Alaska di Anchorage, sebagaimana dilansir oleh Science News.
Asal-Usul Patogen pada Beruang Kutub
Para peneliti memperkirakan patogen yang menginfeksi beruang kutub berasal dari sumber makanan mereka yang telah terpapar patogen. Hipotesis ini didukung dengan ditemukannya beberapa anjing laut yang mati akibat penyakit yang belum diketahui.
"Beruang kutub mungkin bukan satu-satunya spesies yang mengalami peningkatan paparan patogen," kata Rode. Andy Dobson, ahli ekologi dari Princeton University, juga mencatat bahwa kasus penyakit misterius pada anjing laut belum bisa dikonfirmasi sepenuhnya karena sampel diambil dari lokasi yang berbeda.
Meski begitu, Dobson mengakui bahwa patogen dapat memengaruhi rantai makanan. Namun, asal-usul patogen yang menginfeksi beruang kutub masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Populasi Beruang Kutub yang Kian Menyusut
Data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) menunjukkan bahwa populasi beruang kutub di alam liar hanya sekitar 22-26 ribu, dengan sekitar 60% hidup di wilayah Kanada. Habitat es yang terus mencair menyebabkan mereka harus menghabiskan lebih banyak waktu di daratan selama musim panas.
Di daratan, beruang kutub mulai terpapar patogen dari sumber yang berbeda, termasuk sampah manusia. Penelitian yang dilakukan pada sampel darah dan tinja dari 232 beruang kutub Chukchi antara tahun 2008 dan 2017 menunjukkan peningkatan infeksi patogen seperti parasit Neospora caninum dan bakteri penyebab brucellosis serta tularemia, dengan kasus yang meningkat dua kali lipat sejak 1990-an.
Selain itu, peningkatan tujuh kali lipat juga ditemukan pada infeksi virus distemper pada anjing dan parasit Toxoplasma gondii. (*)