Mengenang Kejayaan Bioskop Odeon Palembang di Era 1980-an
Bioskop Odeon Palembang. -Foto: Irawan/detik-
PALEMBANG KORANPRABUMULIHPOS.COM - Menonton film di bioskop menjadi hiburan yang sangat populer di kalangan masyarakat Palembang sejak akhir 1970-an hingga sepanjang era 1980-an. Pada masa itu, banyak bioskop yang beroperasi, menarik ribuan penonton setiap harinya. Salah satu bioskop terkenal adalah Bioskop Odeon.
Bioskop Odeon terletak di Jalan Sukarjo Harjo Wardoyo, daerah 7 Ulu Palembang. Bioskop ini mulai beroperasi di akhir 1970-an dan menjadi salah satu pilihan utama untuk nonton hemat atau 'nomat' karena harga tiket yang lebih murah dibanding bioskop lain di Palembang.
Saat ini, gedung bioskop yang dicat putih dan krem itu masih berdiri kokoh, meski dikelilingi oleh rumput liar. Tulisan 'BIOSKOP ODEON 7 ULU PLG' dengan warna biru tua masih terpampang jelas di atas gedung, seolah membawa kembali ingatan akan masa jayanya.
Maryam (54), mengingat kembali kenangannya saat sering menonton di bioskop ini bersama teman-temannya. Pada era 80-an, ketika Maryam masih remaja, harga tiket di Odeon hanya Rp 75. Menonton film di bioskop sangat populer pada masa itu, dan setiap minggu, Maryam bersama teman-temannya pasti menonton di sana.
BACA JUGA:PT Pusri Sosialisasikan Pencegahan Kebakaran untuk Warga Palembang
BACA JUGA:BSB Syariah Luncurkan Gerakan Haji Usia Dini untuk Mahasiswa
Selain Maryam, banyak warga lain yang rutin menonton di Bioskop Odeon. Karena popularitasnya, Maryam dan teman-temannya kadang tidak mendapatkan tempat duduk karena bioskop ini hanya memiliki satu teater. Jika sudah penuh, mereka biasanya beralih ke Bioskop Apollo yang terletak di kawasan 10 Ulu. Bioskop Odeon selalu ramai karena tiketnya lebih murah. Kadang kalau sudah penuh, mereka pindah ke Bioskop Apollo.
Rudi, seorang warga yang tinggal di sekitar Bioskop Odeon, juga mengenang masa kejayaan bioskop ini. Menurutnya, Odeon menjadi favorit dari tahun 1970-an hingga 1980-an. Namun, memasuki era 1990-an, persaingan antar bioskop semakin ketat. Biaya operasional yang terus meningkat tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai. Akhirnya, Bioskop Odeon harus menutup operasinya antara tahun 1999-2000.
Sudah lebih dari 20 tahun Bioskop Odeon ini tutup dan tidak digunakan sama sekali. Gedungnya kini hanya terbengkalai dan dipenuhi rumput liar.
Meskipun gedung tersebut terbengkalai, masih ada tulisan 'Disewakan' di lantai tiga, lengkap dengan nomor telepon. Namun, saat tim mencoba menghubungi nomor tersebut, ternyata sudah tidak aktif.
Saat ini, Rudi mengelola warung di depan gedung bekas Bioskop Odeon. Menurutnya, gedung bioskop itu kini lebih dianggap angker. Rudi sering mendengar suara-suara aneh dari dalam gedung kosong tersebut.
Gedung bekas Bioskop Odeon kini dianggap seram oleh warga sekitar, dan sering terdengar suara-suara aneh dari dalam gedung yang sudah lama kosong tersebut. (*)