PERAN GURU SEBAGAI PAHLAWAN BANGSA
--
PERAN GURU SEBAGAI PAHLAWAN BANGSA
(Refleksi Peringatan Hari Pahlawan)
oleh Suci Hidayati, S.Pd.I
Guru PAI di SMKN 1 Prabumulih Sumatera Selatan
Setiap tanggal 10 Nopember bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Hari Pahlawan ini diperingati untuk mengenang pertempuran super hebat di Surabaya yang terjadi pada bulan November 1945. Saat itu, pada 10 November 1945 pukul 06.00 pagi, pasukan Inggris menggempur Kota Surabaya dari berbagai penjuru. Untuk menghancurkan kota Surabaya, Inggris mengerahkan segenap daya dan upayanya, dari darat, laut maupun udara.
Melihat tentara Inggris akan merebut kembali kota Surabaya, rakyat Indonesia tidak tinggal diam. Mereka berjuang sekuat tenaga mempertahankan tanah air Indonesia. Sejarah mencatat, pertempuran ini memakan korban sekitar 20.000 rakyat Surabaya yang sebagian besar adalah warga sipil. Selain itu, sekitar 150.000 orang terpaksa meninggalkan kota Surabaya. Sementara di pihak Inggris, ada 1.600 orang prajurit Inggris tewas, hilang, dan luka-luka serta puluhan alat perang rusak dan hancur.
Jika kita membuka rekaman sejarah, pertempuran 10 November 1945 di Surabaya tidak bisa dilepaskan dari Resolusi Jihad yang dikumandangkan para kiai Nahdlatul Ulama (NU) tanggal 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad ini tercatat sebagai salah satu narasi yang turut berkontribusi membakar semangat para arek Surabaya dalam pertempuran tersebut. Termasuk orasi menggelora dari Bung Tomo yang selalu memekikkan “Allahu Akbar” pada setiap pembuka dan penutup pidatonya di depan para arek-arek
Guru dan Tantangan Guru Modern
Dalam konteks sekarang, berbicara pahlawan bukan hanya mereka saja yang gugur membela tanah air secara fisik. Tapi semua yang berkontribusi dan berjasa untuk kemajuan bangsa dan negara juga dapat disebut sebagai pahlawan, karena mereka sudah berjuang dan berjihad dengan tenaga, fikiran dan jiwa raganya untuk mencerdaskan calon penerus generasi bangsa.
Bagi Anda, saya dan kita semua yang berprofesi sebagai tenaga pendidik atau pun guru, jangan merasa rendah diri. Justru sebaliknya kita harus bangga, karena kita dapat berkiprah langsung untuk mendidik, membimbing, membina dan melahirkan generasi masa depan yang berkarakter. Mengapa demkian? Karena pendidikan adalah salah satu aset yang sangat berharga untuk memajukan suatu bangsa. Baik buruknya sistem pendidikan akan berdampak pada kemajuan bangsa itu sendiri.
Di era modern saat ini, paling tidak ada dua tantangan besar guru modern. Pertama, munculnya tanda-tanda krisis akhlaqul karimah. Solusinya adalah kita sebagai guru harus memperhatikan nasib mereka, jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah. Di dalam surat An Nisa ayat 9 Alah menjelaskan agar jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah. Makna kata “dzurriyyatan dhi’aafan’ atau anak-anak yang lemah tidak hanya bermakna anak secara biologis atau anak kandung saja, melainkan juga anak didik (murid) dan generasi muda Islam pada umumnya.
Senada dengan ayat tersebut, ada empat pesan yang ditujukan secara khusus kepada orang tua (para guru) agar jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah, baik lemah di bidang akidah, lemah di bidang ibadah, lemah di bidang ilmu dan lemah di bidang ekonomi. Inilah tugas berat guru yang harus difikirkan. Semoga dengan kehadiran kurikulum merdeka yang diterapkan di sekolah-sekolah, mampu menyiapkan generasi yang tangguh dan bermutu tinggi.
Kedua, tantangan terbesar kedua bangsa Indonesia saat ini adalah kasus korupsi. Angka korupsi di Indonesia masih cukup tinggi dan kasus ini tidak bisa dihapuskan secara instan. Tetapi bagi seorang guru, bisa berperan dengan menyiapkan calon peserta didik yang amanah dan berkarakter antikorupsi.
Oleh karenanya, guru harus sadar akan fungsi dan tugas mulia untuk mendiidk, membina, membimbing dan mengembangkan potensi setiap peserta didiknya sesuai dengan tujuan pendidikan.