Riset Ungkap Dampak BPA terhadap Kesehatan Mental
Foto: Shutterstock--
KORANPRABUMULIHPOS.COM - Kekhawatiran publik terhadap bahaya Bisphenol A (BPA) semakin meningkat seiring dengan bukti ilmiah yang menunjukkan keterkaitan senyawa kimia ini dengan berbagai masalah kesehatan. Ternyata, BPA tidak hanya mengancam kesehatan fisik, tetapi juga berpotensi mempengaruhi kesehatan mental.
BPA adalah senyawa kimia yang umum ditemukan dalam berbagai produk plastik, seperti botol minum, wadah makanan, pelapis kaleng, dan galon air. Ketika galon terpapar panas atau digunakan berulang kali, BPA dapat larut ke dalam air yang kita konsumsi setiap hari.
Pengaruh BPA terhadap Kesehatan Mental
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa paparan BPA dapat memicu risiko gangguan mental, termasuk depresi dan kecemasan. Sebuah studi dari Yale University menunjukkan bahwa BPA dapat mengganggu fungsi neurotransmitter, yang berperan dalam mengatur suasana hati dan respons terhadap stres.
BACA JUGA:WHO Tetapkan Mpox atau Cacar Monyet sebagai Kedaruratan Global
Penelitian yang dipimpin oleh Csaba Leranth, M.D., profesor di Departemen Obstetri, Ginekologi & Ilmu Reproduksi dan Neurobiologi di Yale University, menemukan bahwa BPA menghambat pembentukan koneksi sinaptik di hipokampus dan korteks prefrontal, yaitu area otak yang terlibat dalam pengaturan suasana hati.
Selain itu, sebuah jurnal yang ditulis oleh Shikha Chouhan di BioMed Central menunjukkan bahwa paparan BPA, bahkan dalam dosis rendah, dapat mengganggu perkembangan struktur dan fungsi otak pada anak-anak. Temuan serupa juga diungkapkan oleh penelitian yang diterbitkan oleh Columbia University Mailman School of Public Health.
Studi tersebut menemukan bahwa remaja laki-laki yang terpapar BPA selama dalam kandungan cenderung lebih rentan mengalami gejala kecemasan dan depresi. Sejalan dengan itu, penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Research oleh Frederica Perera menunjukkan adanya hubungan signifikan antara paparan BPA selama kehamilan dengan risiko gangguan kecemasan dan depresi pada remaja, terutama pada laki-laki.
Untuk menjaga keseimbangan mental dan emosional, penting untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memicunya. Salah satu langkah preventif yang dapat diambil adalah dengan mengurangi paparan BPA dan senyawa kimia berbahaya lainnya. Oleh karena itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan peraturan baru terkait label pangan olahan berdasarkan kajian risiko BPA pada air minum dalam kemasan (AMDK). Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 mewajibkan pencantuman peringatan potensi bahaya BPA pada kemasan air minum yang menggunakan bahan polikarbonat. (*)