207 Juta Ton Gandum Gagal Diekspor Gegara Perang Rusia-Ukraina
Ilustrasi gandum.Foto: AP Photo--
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan perang Rusia-Ukraina berdampak pada kenaikan harga gandum. Menurut Jokowi, akibat perang ada ratusan juta ton gandum dari Rusia dan Ukraina tidak bisa diekspor.
Fakta ini disampaikan langsung Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat keduanya bertemu Jokowi beberapa waktu lalu. Secara total, gandum yang tertahan akibat perang mencapai 207 juta ton.
"Saat saya bertemu Presiden Zelensky, Presiden Zelensky menyampaikan stok gandum di Ukraina 77 juta ton. Berhenti dan tidak bisa keluar ke mana-mana. Artinya negara-negara yang butuh gandum itu jadi tidak ada," ujarnya dalam Pembukaan Kongres HMI XXXII dan Munas Kohati XXV 2023, disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (24/11/2023).
"Ketemu Presiden Putin menyampaikan hal yang sama. Presiden Jokowi, di Rusia ini ada stok kurang lebih 130 juta ton. Berhenti dan tidak bisa dikirim ke negara lain yang biasanya membutuhkan. Artinya total 207 juta ton gandum yang tidak bisa keluar dari Ukraina dan Rusia," tambahnya.
Oleh karena itu meskipun perangnya terjadi di negara yang sama, Jokowi menyebut dampaknya turut dirasakan Indonesia. Apalagi, 30% dari total impor gandum Indonesia berasal dari Rusia dan Ukraina.
Selain itu Indonesia juga masih mengimpor bahan baku pupuk dari kedua negara itu. Pada akhirnya hal tersebut membuat harga gandum dan pupuk di Indonesia naik/
"Tetapi ternyata perang di sana juga berdampak pada kita. Dampaknya adalah harga gandum naik. Harga pupuk naik karena ternyata bahan pupuk yang kita produksi di Indonesia berasal dari Rusia dan Ukraina. Gandum 11 juta ton, yang kita impor 30% itu dari Rusia dan Ukraina," terang Jokowi. (dc)