Menelusuri Cagar Budaya Muaro Jambi, Tersimpan Keindahan Candi Saksi Kejayaan Peradaban Buddha Tertua

Candi Koto Mahligai-Salah satu candi di KCBN Muara Jambi-Disway--

JAKARTA, DISWAY.ID - Jika berkunjung ke Jambi, tidak lengkap jika tidak mengunjungi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi, Jambi.

Di sana, ada ratusan candi yang begitu indah, peninggalan peradaban Buddha diperkirakan pada abad ke-7. 

Kini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah merevitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Keseriusan untuk merevitalisasi KCBN Muaro Jambi yang mendapat status warisan budaya nasional melalui penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No: 259/M/2013 dengan luas kawasan hampir 5 ribu hektar.

KCBN Muaro Jambi tidak hanya untuk melestarikan cagar budaya, tetapi juga keanekaragaman hayati di daerah tersebut.

Oleh sebab itu, penataan KCBN Muaro Jambi menerapkan konsep harmonisasi dengan ekosistem alam sekitarnya. 

Revitalisasi KCBN Muaro Jambi diharapkan dapat memberi dampak yang signifikan bagi masyarakat sekitar, terutama dalam bidang ekonomi.

Hal tersebut ditegaskan dalam pertemuan antara jajaran pimpinan Kemendikbudristek dengan Pemerintah Daerah Muaro Jambi, aparatur desa, dan masyarakat di Kawasan Muaro Jambi.

Adapun yang akan menjadikan fokus utama revitalisasi adalah pemberdayaan masyarakat, sehingga dalam revitalisasi, masyarakat menjadi pelaku utama. 

Tertua di Asia Tenggara

Pengungkapan temuan-temuan arkeologis di KCBN Muaro Jambi mengindikasikan kawasan itu sebagai pusat pendidikan Buddhisme tertua dan terluas di Asia Tenggara pada masa lampau.

“Ini yang tertua. Berdasarkan penelitian arkeologis, candi Muaro Jambi diperkirakan didirikan sekitar abad ke-7 jingga ke-13 selaras dengan periode kejayaan kerajaan Sriwijaya. Era ini menandai salah satu puncak perdagangan dan kebudayaan di Asia Tenggara,” kata Kepala Unit Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Agus Widiatmoko. 

Saat Disway menelusuri satu persatu kawasan candi di sana, setiap candi harus dijangkau hingga menembus hutan.

Tak ada yang sama setiap candi satu dan yang lainnya. Masing-masing bangunan arsitektur memiliki keunikan tersendiri. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan
PRABUMULIHPOSBANNER