AI Kian Maju, Profesi Dokter dan Pengacara Dinilai Tak Lagi Relevan

Pendiri AI Google: Gelar Dokter & Pengacara Bisa Jadi Tak Berguna--
KORANPRABUMULIHPOS.COM – Jad Tarifi, salah satu tokoh di balik tim AI generatif pertama Google, mengungkapkan peringatan serius bagi mereka yang bercita-cita menjadi dokter atau pengacara. Menurutnya, perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang begitu cepat berpotensi membuat kedua profesi itu kehilangan nilai strategis di masa depan.
Dalam wawancara dengan Business Insider, Tarifi yang keluar dari Google pada 2021 untuk mendirikan Integral AI, menilai bahwa gelar sarjana hukum maupun kedokteran bisa menjadi sia-sia. Sebab, teknologi AI mampu belajar dan bekerja dengan kecepatan jauh lebih tinggi dibandingkan pendidikan formal yang memakan waktu bertahun-tahun.
Kepada Futurism, Tarifi menambahkan, seseorang sebaiknya hanya menempuh pendidikan doktoral (PhD) bila benar-benar memiliki obsesi kuat terhadap bidang ilmunya. Ia sendiri meraih gelar PhD dalam AI pada 2012, saat bidang itu masih jarang digeluti. Namun kini, katanya, lebih baik fokus pada bidang khusus yang terkait AI, misalnya penerapan AI dalam biologi, bahkan mungkin tanpa harus mengejar gelar akademis formal.
“Pendidikan tinggi seperti yang kita kenal sekarang berada di ambang kepunahan. Keberhasilan masa depan bukan berasal dari sekadar sertifikat atau gelar, melainkan dari kemampuan membangun perspektif unik, kecerdasan emosional, dan hubungan manusia yang mendalam,” jelas Tarifi.
Ia menekankan, kaum muda seharusnya berfokus pada dua hal: kemampuan menjalin koneksi otentik dengan orang lain, serta usaha untuk memahami diri sendiri.
Tarifi juga mengkritisi sistem pendidikan kedokteran yang dianggap terlalu berbasis hafalan dan cepat usang dibandingkan kemajuan AI. Hal itu, menurutnya, bisa membuat mahasiswa kedokteran maupun hukum justru membuang waktu bertahun-tahun untuk sesuatu yang kelak tertinggal.
Pandangan Tarifi bukan satu-satunya. Beberapa tokoh teknologi lain juga mengungkapkan kekhawatiran serupa. Mark Zuckerberg misalnya, menyebut biaya kuliah yang semakin mahal dan kurikulum yang ketinggalan zaman sebagai masalah besar yang membuat perguruan tinggi gagal mempersiapkan generasi muda menghadapi dunia kerja modern.
CEO OpenAI Sam Altman pun menambahkan bahwa model AI terbaru sudah dapat menandingi kemampuan seseorang dengan gelar PhD. “GPT-5 terasa seperti berbicara dengan pakar tingkat PhD di bidang apa pun. Kehadiran teknologi seperti ini hampir mustahil dibayangkan di masa lalu,” ujarnya. (*)