Tekan Pengangguran Muda, Menaker Luncurkan Program School to Work Transition

Tekan Pengangguran Muda, Menaker Luncurkan Program School to Work Transition--
JAKARTA, KORANPRABUMULIHPOS.COM – Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, resmi mengumumkan peluncuran program ambisius bertajuk School to Work Transition sebagai langkah konkret untuk menurunkan angka pengangguran di kalangan anak muda. Program ini menjadi bagian dari strategi nasional dalam menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
“Ini bukan sekadar pelatihan biasa. Program ini akan digelar secara masif dengan pendekatan hybrid, dan dikelola langsung oleh Kemnaker melalui 303 Balai Latihan Kerja (BLK) milik pemerintah serta 2.421 Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) swasta di seluruh Indonesia,” jelas Yassierli saat konferensi pers di Jakarta, Senin.
Menurut Yassierli, inisiatif ini menyasar lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), kelompok yang paling rentan menganggur berdasarkan data usia produktif 19–24 tahun. “Fakta menunjukkan bahwa lulusan SMK menyumbang proporsi pengangguran tertinggi. Ini disebabkan oleh ketidaksesuaian antara keahlian yang dimiliki lulusan dengan kebutuhan industri,” tambahnya.
Lebih dari sekadar pelatihan teknis, School to Work Transition dirancang sebagai integrasi antara pelatihan vokasi dan program magang secara nasional. Fokus pelatihan tidak hanya pada penguasaan teknologi masa depan seperti elektronika industri, Internet of Things (IoT), dan kecerdasan buatan (AI), tetapi juga pelatihan soft skills, kemampuan berbahasa asing, hingga kewirausahaan.
BACA JUGA:Proyek Gas Akatara Serap 99 Persen Tenaga Kerja Indonesia
BACA JUGA:Terungkap Tenaga Kerja Asal Prabumulih di PT Sritex Memang Sudah Banyak Pulang
“Tujuan utamanya adalah membekali para lulusan dengan kompetensi holistik yang sesuai dengan tuntutan zaman dan industri,” jelas Menaker.
Adapun tema pelatihan prioritas yang diusung Kemnaker tahun ini meliputi smart operation, smart creative IT skills, agroforestry, hingga green jobs—semuanya diarahkan untuk menciptakan tenaga kerja yang adaptif, inovatif, dan ramah lingkungan.
Untuk memastikan keberhasilan program ini, Kemnaker menggandeng sejumlah kementerian dan lembaga strategis. Kolaborasi lintas sektoral ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kemnaker dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Sinergi ini bertujuan memperkuat hubungan antara sistem pendidikan nasional dengan dinamika industri yang terus berkembang.
Yassierli menegaskan bahwa salah satu tantangan utama Indonesia saat ini adalah memastikan bahwa setiap lulusan pendidikan benar-benar siap terjun ke dunia kerja, bukan hanya secara teori tetapi juga praktik. Maka dari itu, program ini dirancang sebagai jawaban atas tantangan revolusi industri dan transformasi digital yang kian cepat.
BACA JUGA:KEK Raih Investasi Rp242,5 Triliun, Serap151.260 Tenaga Kerja
BACA JUGA:Tenaga Kerja di Mata Pemerintah Kota Prabumulih Nanti: Beban atau Potensi Daerah.?
“Kami ingin memastikan bahwa generasi muda Indonesia tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi juga pencipta lapangan kerja. Inilah saatnya pendidikan dan pelatihan benar-benar selaras dengan kebutuhan riil industri,” pungkas Yassierli.(*)