Bukan Asal Tegur! Ini Etika Memberi Nasihat dalam Islam

Ilustrasi--

KORANPRABUMULIHPOS.COM – Dalam Islam, menasihati sesama adalah bagian dari tanggung jawab seorang muslim. Nasihat bisa berupa ajakan, petunjuk, peringatan, atau teguran yang bertujuan untuk kebaikan. Islam menekankan pentingnya saling menasihati karena merupakan wujud kepedulian dalam menjaga kebenaran dan keimanan.

Sebagaimana dalam hadits dari Tamim Ad-Dari, Rasulullah SAW bersabda:

"Agama adalah nasihat." Para sahabat bertanya, "Untuk siapa?" Beliau menjawab, "Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan umat muslim seluruhnya." (HR. Muslim, no. 55).

Namun, dalam menyampaikan nasihat, Islam tidak hanya menekankan pada isi pesan yang disampaikan, tetapi juga pada cara penyampaiannya. Jika nasihat diberikan dengan kasar atau mempermalukan seseorang, bukan tidak mungkin justru akan ditolak dan menimbulkan ketidaknyamanan.

Cara Menasihati dengan Baik dalam Islam

Mengutip buku Pelajaran Adab Islam 2 oleh Ahmad Syukri dkk., ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan saat memberikan nasihat agar dapat diterima dengan baik:

1. Ikhlas karena Allah

Seseorang yang menasihati harus memiliki niat yang tulus semata-mata untuk meraih ridha Allah. Tanpa keikhlasan, nasihat bisa kehilangan nilai dan justru menjadi sia-sia.

Dari Umar bin Khattab, Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya setiap amal itu bergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang hanya akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Menasihati Sesuai Syariat

Nasihat yang diberikan harus sejalan dengan ajaran Islam. Rasulullah SAW menjelaskan tingkatan dalam mengingkari kemungkaran dalam hadits berikut:

"Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka ingkarilah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim).

Hadits ini menunjukkan bahwa dalam memberi nasihat atau mengingatkan kesalahan, seseorang perlu memahami batasan dan kemampuannya agar tetap sesuai dengan tuntunan Islam.

3. Gunakan Kata-kata yang Lembut

Ketika seseorang meminta atau menerima nasihat, hendaknya diberikan dengan sikap yang lemah lembut dan penuh empati.

Meskipun orang yang dinasihati dalam keadaan salah, menggunakannya kata-kata yang keras atau menghakimi hanya akan membuatnya semakin menutup diri. Nasihat yang baik tetapi disampaikan dengan kasar dapat membuat seseorang menolak atau merasa tersinggung.

4. Sampaikan Secara Rahasia

Nasihat yang diberikan secara pribadi cenderung lebih efektif dibandingkan yang disampaikan di depan banyak orang. Memberikan teguran di depan umum bisa membuat seseorang merasa malu dan defensif.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah pernah berkata:

"Berilah nasihat kepadaku saat aku sendiri. Jauhilah menasihati di tengah keramaian, karena nasihat di hadapan banyak orang itu bisa menjadi bentuk pelecehan yang tidak ingin aku dengar." (Diwan Asy Syafi'i, hal. 56).

5. Pilih Waktu yang Tepat

Tidak semua orang selalu dalam kondisi siap untuk menerima nasihat. Jika seseorang sedang marah, sedih, atau tertekan, nasihat yang diberikan bisa saja tidak didengar atau bahkan ditolak.

Ibnu Mas’ud berkata:

"Hati manusia ada kalanya bersemangat dan mudah menerima, serta ada saatnya lesu dan menolak. Maka ajaklah hati saat ia bersemangat dan tinggalkanlah saat ia sedang lemah." (Al-Adab Asy-Syar’iyyah, Ibnu Muflih).

6. Jangan Memaksa Nasihat Diterima

Sebagai seorang muslim, kita memang memiliki kewajiban untuk menasihati, tetapi bukan berarti harus memaksakan orang lain untuk menerimanya.

Nasihat yang baik adalah yang diberikan dengan penuh keikhlasan, tanpa tekanan. Jika seseorang belum siap menerimanya, maka tugas pemberi nasihat hanyalah menyampaikan, bukan memaksa.

Wallahu a’lam. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan
IKLAN
PRABUMULIHPOSBANNER