Andy Lau dan Keputusannya Menolak Hollywood Demi Prinsip

Andy Lau--

KORANPRABUMULIHPOS.COM – Bagi banyak aktor Asia, tampil di Hollywood merupakan pencapaian besar yang bisa melambungkan karier mereka ke tingkat internasional. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Andy Lau. Aktor legendaris asal Hong Kong yang dijuluki "Raja Box Office" ini justru memilih menolak tawaran bermain di Hollywood.

Keputusan tersebut diungkap oleh Andy Lau dalam sebuah acara televisi Taiwan yang dipandu Mickey Huang. Dalam rekaman lama acara tersebut, ia menjelaskan mengapa dirinya tidak mengikuti jejak aktor Asia lain seperti Jackie Chan, Jet Li, dan Chow Yun Fat yang sukses menembus industri film Amerika.

Menolak Peran yang Menyinggung Harga Diri

Pada tahun 1991, Andy Lau sempat menandatangani kontrak dengan agensi luar negeri yang membuka peluang bagi dirinya untuk berkarier di Hollywood. Salah satu proyek yang ditawarkan kepadanya adalah film M. Butterfly (1993), sebuah drama romantis di mana ia diminta memerankan Song Liling, seorang bintang opera Beijing yang juga merupakan mata-mata Republik Rakyat Tiongkok.

Namun, setelah membaca skenario, Andy Lau menolak peran tersebut. Alasannya? Ada adegan yang menurutnya merendahkan martabatnya sebagai aktor, yaitu ketika ia harus menjilat kaki seorang aktor asing.

"Aku tidak bisa melakukannya. Itu terlalu menyakiti harga diriku," ujarnya tegas.

Selain M. Butterfly, Andy Lau juga mendapat tawaran untuk bermain dalam Dragon: The Bruce Lee Story. Sayangnya, ia kembali menolak karena merasa tidak bisa memenuhi tuntutan adegan laga yang ada di film tersebut.

Tak hanya itu, ia bahkan sempat mengikuti casting untuk Spider-Man 3 (2007) yang dibintangi Tobey Maguire dan Kirsten Dunst. Dalam audisi tersebut, ia mencoba peran sebagai Sandman, namun akhirnya tidak terpilih.

Berkarya di Negeri Sendiri dan Jadi Raja Box Office

Keputusan Andy Lau untuk tetap berkarier di Asia terbukti tidak salah. Dengan fokus membintangi film-film produksi lokal, ia berhasil menjadi salah satu aktor tersukses di industri perfilman Hong Kong dan Tiongkok.

Film-film yang dibintanginya tidak hanya laris di pasar domestik, tetapi juga mencetak rekor box office. Salah satu contohnya adalah Shock Wave 2, yang berhasil meraup pendapatan sebesar 270 juta dolar dan menjadi film terlaris di Hong Kong. Film ini bahkan mengalahkan The White Storm 2: Drug Lords, yang juga dibintangi olehnya.

Secara keseluruhan, film-film yang melibatkan Andy Lau diperkirakan menyumbang pendapatan hingga 350 juta dolar (sekitar Rp 5 triliun) per tahun bagi industri perfilman.

Tak hanya aktor, ia juga menjadi sosok penting dalam perkembangan perfilman Tiongkok yang kini mampu menyaingi Hollywood. Buktinya, film animasi Ne Zha 2 berhasil menjadi salah satu film animasi terlaris sepanjang masa, bahkan masuk dalam daftar sepuluh besar film terlaris dunia hanya dari pemutaran di Tiongkok.

 

Kesuksesan ini membuktikan bahwa Andy Lau tidak membutuhkan Hollywood untuk menjadi legenda. Ia tetap mampu mencapai puncak kejayaan dengan berpegang teguh pada prinsip dan martabatnya sebagai aktor. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan
IKLAN
PRABUMULIHPOSBANNER