Kemenkes Ajak Masyarakat Waspadai DBD di Musim Hujan

Kemenkes Ajak Masyarakat Waspadai DBD di Musim Hujan--
Pemerintah Indonesia juga meluncurkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, yang bertujuan untuk mengajak setiap rumah tangga di Indonesia untuk memiliki petugas pemantau nyamuk (jumantik) yang secara rutin melakukan pemantauan dan pencegahan berkembang biaknya nyamuk di lingkungan sekitar rumah mereka.
Selain itu, sejak diterbitkannya Strategi Nasional Penanganan Dengue untuk tahun 2021 hingga 2025, pemerintah menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor publik dan swasta, serta masyarakat secara keseluruhan. Kolaborasi ini bertujuan untuk memperluas jangkauan edukasi dan sosialisasi terkait pencegahan DBD, agar lebih banyak masyarakat yang terlibat dalam upaya mengurangi angka kasus.
BACA JUGA:Mengungkap Khasiat Bawang Merah, Bumbu Dapur dengan Segudang Manfaat Kesehatan!
BACA JUGA:Mengungkap Manfaat Tersembunyi Anggur Merah untuk Kesehatan Sehari-hari
Selain program pencegahan tradisional, pemerintah juga menerapkan beberapa inovasi dalam menangani DBD. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah penempatan nyamuk Aedes aegypti yang telah dimodifikasi dengan bakteri Wolbachia di beberapa daerah di Indonesia, seperti Yogyakarta, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang.
Bakteri Wolbachia ini dapat mengurangi kemampuan nyamuk untuk menyebarkan virus dengue, sehingga diharapkan dapat menurunkan angka penularan penyakit tersebut.
Vaksinasi juga telah diperkenalkan sebagai salah satu langkah pencegahan yang tambahan. Meskipun vaksin dengue bukanlah bagian dari program imunisasi yang dibiayai oleh BPJS Kesehatan, vaksin ini telah dimasukkan dalam Program Imunisasi Nasional untuk anak-anak.
Oleh karena itu, vaksinasi menjadi sangat penting untuk memperkuat perlindungan terhadap masyarakat, terutama anak-anak yang rentan terhadap penyakit ini.
Dalam acara tersebut, Dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, seorang Dokter Spesialis Penyakit Anak, juga menyampaikan pentingnya kewaspadaan terhadap DBD, terutama selama musim hujan. Ia mengingatkan bahwa potensi peningkatan kasus DBD sangat tinggi pada musim ini, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.
BACA JUGA:Mengungkap Manfaat Tersembunyi Anggur Merah untuk Kesehatan Sehari-hari
BACA JUGA:Dampak Mikroba Jahat di Mulut Terhadap Kesehatan, Waspadai Risiko Ini!
Data menunjukkan bahwa sekitar 47 persen dari seluruh kasus dengue menyerang anak-anak dan remaja, dengan angka kematian tertinggi tercatat pada kelompok usia 5 hingga 14 tahun, yang mencapai 45 persen dari total angka kematian. Sementara itu, kelompok usia 1 hingga 4 tahun mencatatkan 21 persen angka kematian.
"Pencegahan adalah kunci utama dalam menangani DBD. Vaksinasi, meskipun tidak termasuk dalam program BPJS, tetap dapat membantu melindungi anak-anak dari penyakit ini," kata Dr. Ayu.
Ia menambahkan bahwa gejala dengue pada anak biasanya dimulai dengan demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, ruam merah pada kulit, mual, muntah, dan nyeri perut. Jika tidak segera mendapatkan penanganan medis yang tepat, kondisi ini bisa berkembang menjadi syok dengue yang berpotensi mengancam jiwa.
Penting untuk dicatat bahwa vaksinasi dengue hanya diberikan kepada anak-anak yang memenuhi syarat, dan tidak diberikan kepada anak-anak di bawah usia tertentu. Oleh karena itu, para orang tua sangat dianjurkan untuk melakukan vaksinasi untuk anak mereka guna memberikan perlindungan ekstra terhadap penyakit ini.