Kapak Genggam 1,5 Juta Tahun Ditemukan di Irak, Bukti Jejak Manusia Purba

Penemuan Arkeologis: 850 Perkakas Batu Kuno Tersingkap di Gurun Irak--
KORANPRABUMULIHPOS.COM – Tim arkeolog berhasil menemukan kapak genggam yang diperkirakan berusia 1,5 juta tahun di wilayah gurun Irak. Temuan ini merupakan bagian dari 850 perkakas batu yang berhasil diidentifikasi selama penelitian.
Penelitian ini dipimpin oleh Ella Egberts dari Vrije Universiteit Brussel (VUB), yang telah melakukan eksplorasi di wilayah tersebut sejak akhir 2024. Dari hasil penggalian, mereka berhasil mengidentifikasi tujuh situs Paleolitik di area seluas 10 x 20 km.
"Eksplorasi yang kami lakukan secara sistematis telah mengarah pada penemuan tujuh situs Paleolitik di area penelitian," ujar Egberts dalam pernyataannya yang dikutip dari Archaeology News, Rabu (12/2/2025).
Jejak Kehidupan Purba di Al-Shabakah
Wilayah penelitian berfokus pada Al-Shabakah, bagian dari Gurun Barat Irak, yang pada era Pleistosen merupakan kawasan danau besar. Kini, area tersebut berupa tanah kering dengan wadi (dasar sungai purba) yang menyimpan beragam artefak.
Di antara temuan penting adalah kapak genggam dari periode Paleolitik Bawah, yang diperkirakan berasal dari 1,5 juta tahun lalu. Selain itu, tim juga menemukan serpihan reduksi Levallois dari era Paleolitik Tengah, yang berkisar antara 300.000 hingga 50.000 tahun lalu.
"Salah satu lokasi dipilih untuk studi sistematis guna memahami distribusi spasial artefak serta melakukan analisis teknologi dan tipologi awal," tambah Egberts.
Para peneliti meyakini bahwa penggalian lanjutan di wilayah tersebut dapat mengungkap lebih banyak peninggalan bersejarah.
"Situs-situs lain juga perlu diteliti secara mendalam, karena kemungkinan besar akan menghasilkan lebih banyak artefak litik," kata Egberts.
Rencana berikutnya mencakup perluasan area studi serta analisis lebih rinci terhadap artefak yang ditemukan. Studi ini diharapkan dapat memberikan wawasan lebih luas mengenai evolusi manusia dan kehidupan purba di wilayah Jazirah Arab.
Selain Egberts, penelitian ini juga melibatkan Jaafar Jotheri dari Universitas Al-Qadisiyah serta Andreas Nymark dari Universitas Leicester. Tiga mahasiswa arkeologi dari Irak turut berpartisipasi dalam kerja lapangan ini, di mana mereka mendapatkan pelatihan mengenai aspek geoarkeologi dan arkeologi Paleolitik.
Sebagai bagian dari proyek ini, tim peneliti juga mengadakan lokakarya di Universitas Al-Qadisiyah untuk meningkatkan minat akademisi dan mahasiswa dalam eksplorasi prasejarah Irak. Selain itu, temuan ini telah dipresentasikan dalam berbagai forum akademik, termasuk konferensi di Karbala dan acara publik di Writers’ Union di Najaf.
Tim peneliti juga melibatkan anak-anak sekolah dasar setempat dengan memperkenalkan temuan batu api prasejarah, bertujuan menumbuhkan minat generasi muda terhadap arkeologi.
Proyek ini didukung oleh Institut Inggris untuk Studi Irak, dengan Egberts menerima beasiswa kehormatan dari Universitas Leicester. Langkah selanjutnya dalam penelitian ini akan mencakup rekonstruksi perubahan lingkungan selama periode Pleistosen serta studi lebih lanjut tentang kehidupan manusia purba di Gurun Barat. (*)