Razer Didenda Rp 16,3 Miliar karena Masker Palsu, Ini Kronologinya
FTC Denda Razer dan Perintahkan Pengembalian Dana Masker N95 Palsu--
KORANPRABUMULIHPOS.COM – Razer, perusahaan perangkat keras ternama, menghadapi denda dan kewajiban mengembalikan dana konsumen setelah produk masker Zephyr mereka dinyatakan tidak memenuhi klaim sebagai masker bersertifikat N95. Kasus ini muncul akibat gugatan yang diajukan oleh Federal Trade Commission (FTC) Amerika Serikat pada April 2024.
Menurut FTC, Razer secara keliru memasarkan Zephyr sebagai masker N95 tanpa pernah mengajukan pengujian kepada National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). "Perusahaan-perusahaan ini secara keliru mengklaim, di tengah pandemi global, bahwa masker wajah mereka setara dengan respirator bersertifikat N95," ujar Samuel Levine, Direktur Biro Perlindungan Konsumen FTC.
Detail Hukuman dan Pengembalian Dana
Dalam keputusan tersebut, FTC menjatuhkan denda sebesar USD 100 ribu (sekitar Rp 1,6 miliar) kepada Razer. Selain itu, perusahaan diwajibkan mengembalikan dana sebesar USD 1,1 juta (sekitar Rp 16,3 miliar) kepada 6.764 konsumen yang telah membeli masker Zephyr.
Proses pengembalian dana dilakukan melalui cek dan PayPal. FTC memberikan instruksi bahwa:
- Cek: Harus dicairkan dalam waktu 90 hari.
- PayPal: Dana akan diterima dalam waktu 30 hari setelah pemberitahuan.
Latar Belakang Kasus
Masker Zephyr pertama kali diluncurkan oleh Razer pada tahun 2021, saat pandemi COVID-19 sedang berlangsung. Produk ini dipasarkan dengan harga:
- USD 100 (sekitar Rp 1,6 juta) untuk masker beserta tiga set filter (setiap filter diklaim bertahan hingga tiga hari).
- USD 150 (sekitar Rp 2,4 juta) untuk masker dengan 33 set filter.
Harga filter tambahan dijual terpisah seharga USD 30 (sekitar Rp 491 ribu) untuk 10 set filter.
Namun, pemasaran ini mendapat sorotan setelah terbukti klaim N95 pada produk tersebut tidak didukung oleh sertifikasi resmi.
Implikasi untuk Razer
Kasus ini menjadi peringatan keras bagi perusahaan yang mencoba memanfaatkan situasi darurat seperti pandemi untuk memasarkan produk dengan klaim menyesatkan. FTC menegaskan komitmennya untuk melindungi konsumen dari praktik bisnis yang tidak jujur, khususnya terkait produk kesehatan.