KORANPRABUMULIHPOS.COM – Palestina merupakan satu-satunya negara peserta Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 yang hingga kini belum merdeka, terutama karena konflik yang berkepanjangan dengan Israel. Perselisihan ini sudah berlangsung sejak awal abad ke-20, dipicu oleh keinginan gerakan Zionis untuk menguasai wilayah Palestina.
Pada tahun 1948, Israel, yang dikenal sebagai Zionis, melakukan operasi militer besar-besaran untuk mengusir penduduk Palestina dari tanah mereka, peristiwa yang dikenal sebagai Nakba (bencana). Operasi ini menyebabkan ribuan orang Palestina terbunuh dan lebih dari 750.000 orang harus mengungsi ke negara-negara tetangga.
Pembersihan Etnis dan Pembentukan Negara Israel
Pada tahun 1948, Zionis memulai pembersihan etnis dengan menghancurkan lebih dari 500 desa dan kota di Palestina. Salah satu peristiwa paling kejam terjadi di Desa Deir Yassin pada April 1948, di mana lebih dari 100 orang Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, dibantai. Hal ini membuka jalan bagi deklarasi berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948.
Setelah Israel berdiri, perang Arab-Israel pecah pada 15 Mei 1948, di mana negara-negara Arab berusaha menghentikan pendirian Israel, tetapi gagal. Konflik ini menyebabkan Israel menguasai 78% wilayah Palestina, sementara sisa 22% terdiri dari Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Perkembangan Konflik Setelah 1948
Pasca perang, kehidupan warga Palestina yang tersisa di Israel sangat dibatasi. Selama dua dekade, mereka hidup di bawah kendali militer sebelum akhirnya diberikan kewarganegaraan Israel. Pada saat yang sama, kelompok-kelompok perlawanan Palestina mulai terbentuk, termasuk Palestine Liberation Organization (PLO) yang didirikan pada 1964.
Perang Enam Hari dan Dampaknya
Pada tahun 1967, terjadi Perang Enam Hari antara Israel dan koalisi negara-negara Arab. Israel berhasil menduduki sisa wilayah Palestina yang bersejarah, termasuk Yerusalem Timur, Jalur Gaza, dan Tepi Barat. Akibatnya, ribuan warga Palestina kembali dipaksa mengungsi.
Intifada dan Munculnya Hamas
Pada 1987, terjadi intifada pertama, pemberontakan rakyat Palestina melawan pendudukan Israel, yang kemudian melahirkan kelompok Hamas. Konflik bersenjata ini berlangsung hingga awal 1990-an dan berakhir dengan Perjanjian Oslo pada 1993, yang mendirikan Palestinian Authority (PA), pemerintah sementara Palestina dengan kekuasaan terbatas.
Namun, konflik terus berlanjut dengan pecahnya intifada kedua pada tahun 2000. Situasi ini diperburuk oleh perpecahan internal Palestina antara Hamas dan Fatah, yang berujung pada perang saudara dan terbelahnya otoritas Palestina antara Tepi Barat yang dikontrol Fatah dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.
Serangan Militer dan Perang Berulang
Sejak 2008, Israel telah melancarkan beberapa serangan besar terhadap Jalur Gaza, yang menyebabkan ribuan warga Palestina tewas dan kerusakan besar pada infrastruktur Gaza. Serangan besar terbaru terjadi pada 2021, yang dipicu oleh ketegangan di Yerusalem Timur.
Konflik Terbaru dan Korban Jiwa
Pada 7 Oktober 2023, Hamas meluncurkan serangan roket besar-besaran ke Israel, yang menewaskan lebih dari 1.400 warga Israel. Israel merespons dengan serangan balik yang menewaskan ribuan warga Palestina di Jalur Gaza. Hingga awal 2024, data menunjukkan bahwa lebih dari 42.000 orang tewas dalam konflik ini, termasuk hampir 17.000 anak-anak.
Konflik Israel dan Palestina terus berlanjut hingga saat ini, dengan banyak upaya diplomatik yang belum membuahkan hasil yang signifikan.