KORANPRABUMULIHPOS.COM - Keris, senjata pendek yang memiliki tempat istimewa dalam budaya Nusantara, sering dianggap memiliki kekuatan mistis oleh masyarakat di Pulau Jawa dan Semenanjung Malaya. Para ahli percaya bahwa keris berasal dari Pulau Jawa, mengingat keberadaannya yang tetap terjaga hingga kini.
Namun, pandangan bahwa keris sepenuhnya berasal dari Jawa masih diperdebatkan. Keris baru populer di Jawa pada abad ke-10, sementara banyak artefak lebih tua ditemukan di sekitar aliran Sungai Musi, pusat Kerajaan Sriwijaya. Beberapa ahli berspekulasi bahwa prototipe keris berasal dari Sumatera, khususnya dari Kerajaan Sriwijaya di Palembang, yang kemudian mempengaruhi kerajaan-kerajaan di Jawa.
Evolusi Bentuk Keris: Dari Lurus ke Berkelok
Kerajaan Sriwijaya sudah ada sejak abad ke-6, dengan bentuk keris awal yang sederhana seperti keris betok khabudhan dan keris jalak. Pada abad ke-12, terjadi perubahan signifikan dari bentuk lurus menjadi keris ber luk atau berkelok-kelok, yang juga berkembang di tanah Melayu. Kejatuhan Sriwijaya di Palembang dan munculnya Kesultanan Palembang Darussalam memperluas peredaran keris ini hingga Malaka, Perlak, Darmasraya, dan Minangkabau.
Keunggulan Keris Sriwijaya: Kekuatan yang Tak Tergoyahkan
Tahukah kamu di sepanjang aliran Sungai Musi, perburuan benda pusaka era Sriwijaya masih marak loh. Kolektor dari luar negeri menggemari keris Sriwijaya karena ketahanan dan material terbaiknya, meskipun telah terendam ribuan tahun di sungai. Hasil temuan Artefak keris dari era ini tetap utuh dan lumayan terjaga, berbeda dengan temuan keris di Jawa yang kebanyakan rapuh dan mudah terkorosi.
Kota Palembang dulunya memiliki daerah Pandean, pusat pembuatan keris, dan Sayangan, lokasi pengecoran kuningan. Namun, keberadaan pengrajin keris di Palembang kini mulai punah seiring menurunnya popularitas keris di kalangan masyarakat setempat.
Sejarah keris menunjukkan betapa kaya dan kompleksnya warisan budaya Nusantara kita. Keris Sriwijaya, sebagai prototipe keris Jawa, membuktikan bahwa akar budaya ini lebih luas dan lebih dalam dari pada yang kita duga sebelumnya. (*)