Film "Bidaah" Viral, Terinspirasi Kisah Nyata Ajaran Sesat di Malaysia

Selasa 15 Apr 2025 - 16:05 WIB
Reporter : Tedy
Editor : Tedy

KORANPRABUMULIHPOS.COM - Film "Bidaah" yang tengah viral di media sosial—khususnya TikTok di Malaysia dan Indonesia—ternyata diangkat dari kisah nyata. Tokoh Walid, yang menjadi sosok antagonis utama dalam film ini, merepresentasikan pengalaman nyata yang mengejutkan sang penulis dan produser, Erma Fatima.

Lewat unggahan di Instagram, Erma mengungkap bahwa ide cerita "Bidaah" berasal dari pengalamannya sendiri saat bergabung dengan sebuah kelompok keagamaan yang belakangan diketahui menyimpang.

“Ceritanya benar. Saya dulu pernah menjadi bagian dari kelompok seperti itu beberapa tahun lalu,” ungkap Erma.

Awalnya, ajaran yang diterima Erma dalam kelompok tersebut tampak sah dan sesuai syariat. Ia bahkan menikmati proses belajar agama di sana. Namun, semuanya berubah setelah muncul pengakuan dari salah satu anggota perempuan tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh pemimpin kelompok.

“Suatu hari, ada seorang perempuan di jemaah itu datang dan bilang bahwa pemimpin mereka telah menidurinya. Ternyata bukan hanya dia, ada banyak lainnya yang mengalami hal serupa,” ujar Erma.

Meskipun Erma tak menyebut secara spesifik nama kelompok yang dimaksud, publik kemudian mengaitkannya dengan kasus mencolok yang sempat mengguncang Malaysia pada 2024: Global Ikhwan Services and Business (GISB).

Skandal GISB: Versi Nyata dari Walid

GISB, awalnya dikenal sebagai Rufaqa, berdiri sejak 1997 dan berganti nama menjadi GISB pada 2010. Perusahaan ini menjelma menjadi konglomerasi besar yang merambah ke lebih dari 20 negara dengan 5.000 karyawan dan aset mencapai RM 325 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun.

Mereka mengelola berbagai lini bisnis, mulai dari supermarket, katering, pendidikan, properti, hingga media, dan mengklaim menjalankan prinsip ekonomi Islami.

Namun, pada 11 September 2024, citra tersebut runtuh. Polisi Diraja Malaysia menggerebek 20 rumah sosial milik GISB di wilayah Selangor dan Negeri Sembilan, menyelamatkan 625 anak-anak dan remaja berusia 2 hingga 28 tahun. Sebanyak 384 orang mengalami kekerasan seksual, dan 13 di antaranya mengalami sodomi, sebagaimana dilaporkan oleh media Sinar Daily.

Penyelidikan menunjukkan bahwa laporan sudah masuk sejak 2011, namun penanganan yang lambat membuat polisi dikritik. Akhirnya, GISB pun menjadi sorotan tajam. Direktur Utama GISB, Nasiruddin Mohd Alo, sempat membantah tuduhan sodomi, namun kemudian mengakui "satu-dua kasus". Ia dan sejumlah petinggi GISB—termasuk istrinya—ditangkap. Bahkan, beberapa di antaranya ditangkap saat hendak kabur ke Thailand.

Polisi menetapkan 171 orang sebagai tersangka dan membekukan 96 rekening bank milik GISB.

Ajaran Menyimpang yang Dikemas Islami

Meski terdaftar sebagai perusahaan, GISB dalam praktiknya beroperasi seperti sekte keagamaan. Komisi Fatwa dan ulama di berbagai negara bagian Malaysia satu per satu menyatakan bahwa kelompok ini sesat.

Menurut Mufti Perlis, Datuk Mohd Asri Zainul Abidin, GISB mengajarkan ajaran yang menyimpang, seperti pengkultusan tokoh, menyamakan pemimpin mereka dengan Nabi Muhammad SAW, bahkan mempercayai mereka memiliki kesaktian dan kemampuan mengetahui hal ghaib.

“Pengikutnya taat membabi buta, meskipun sang pemimpin bertindak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah,” ujar Mufti Asri, dikutip MalayMail.

Mereka bahkan meyakini pemimpin yang telah meninggal masih ‘hidup’ dan membimbing secara spiritual. Selain itu, ditemukan praktik mencari berkah dari jasad pemimpin, serta penerapan peraturan nikah dan doa-doa baru yang tidak berdasar.

GISB juga dituding melakukan eksploitasi anak-anak dan perempuan demi kepentingan pemimpinnya. Itulah sebabnya mereka dijerat dengan tuduhan perdagangan manusia.

Terkait Sekte Sesat Al Arqam

Lebih dalam, penyelidikan mengungkap bahwa GISB memiliki keterkaitan erat dengan sekte Al Arqam, yang sebelumnya dinyatakan sesat oleh otoritas keagamaan Malaysia pada tahun 1994.

Al Arqam didirikan oleh Ashaari Muhammad pada 1968, yang kemudian menjadi pemimpin spiritual kelompok tersebut. Ajarannya menyimpang, termasuk mengaku sebagai utusan Allah, bisa berkomunikasi dengan Nabi Muhammad, dan memiliki kekuatan supranatural. Setelah ditahan dan dibebaskan pada 2004, Ashaari mendirikan kembali kelompok dengan nama Rufaqa yang kemudian dilarang. Setelah wafat pada 2010, para pengikut setianya membentuk GISB.

Dengan pola gerakan yang mirip, GISB kembali meneruskan pengaruh dan ajaran Al Arqam—hingga akhirnya dibongkar melalui kasus besar di tahun 2024. (*)

Kategori :