Tingginya kadar kortisol bisa memengaruhi fungsi kimiawi otak, meningkatkan risiko kecemasan. Ketika tubuh merasakan ancaman, kortisol dilepaskan untuk mempersiapkan tubuh dalam menghadapi situasi berbahaya.
Ini menyebabkan peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan gula darah untuk memberikan energi ekstra. Amigdala, bagian otak yang mengatur emosi, menjadi lebih sensitif terhadap kortisol, yang bisa memicu kecemasan berlebihan meskipun tidak ada bahaya nyata.
4. Kelelahan yang Berlebihan
BACA JUGA:Kaya Gizi dan Antioksidan, Ini 8 Manfaat Jamur Tiram bagi Tubuh
BACA JUGA:Meningkatkan Imunitas, 5 Makanan dengan Kandungan Antioksidan Tinggi
Kelelahan ekstrem seringkali terjadi akibat kadar kortisol yang tinggi. Hormon ini bisa mengganggu pola tidur tubuh, yang menyebabkan seseorang merasa kesulitan untuk tidur atau merasa kurang beristirahat. Kortisol juga memengaruhi aktivitas otak saat malam hari, yang bisa menyebabkan gangguan tidur seperti insomnia. Akibatnya, tubuh tidak mendapatkan waktu istirahat yang cukup.
5. Gangguan pada Siklus Menstruasi
Kadar kortisol yang tinggi dalam waktu lama dapat mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh, termasuk hormon yang mengatur siklus menstruasi. Kortisol berlebihan dapat menghambat produksi hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu, peradangan kronis yang dipicu oleh kortisol dapat mempengaruhi ovarium dan proses ovulasi.
6. Sering Buang Air Kecil
BACA JUGA:Ingin Panjang Umur? Pakar Ungkap 5 Kebiasaan Wajib yang Harus Dilakukan
BACA JUGA:Mengungkap Manfaat Tersembunyi Anggur Merah untuk Kesehatan Sehari-hari
Gejala lain yang dapat muncul akibat kadar kortisol tinggi adalah peningkatan frekuensi buang air kecil. Kortisol memengaruhi keseimbangan cairan tubuh, yang menyebabkan ginjal memproduksi lebih banyak urine. Peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh kortisol juga dapat memberi beban tambahan pada ginjal, memperburuk kondisi ini.