Prabowo dan SBY Bertemu di Cikeas
Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan calon presiden (Capres) nomor urut 02, Prabowo Subianto.-ist---
JAKARTA, -- Ketua Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Calon Presiden Nomor Urut 2 dalam Pilpres 2024, Prabowo Subianto, telah bertemu di Cikeas pada Jumat malam, 23 Februari 2024.
Pertemuan di kediaman Presiden ke-6 RI itu digelar tertutup seiring unggulnya suara Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024 versi quick count.
Pertemuan yang tak dapat diliput oleh awak media tersebut menimbulkan spekulasi tentang apa yang sebenarnya dibahas oleh kedua tokoh penting dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) itu.
Profesor Lili Romli dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan, pertemuan Prabowo-SBY diyakini tidak hanya sebatas silaturahmi atau pertemuan biasa.
BACA JUGA:BMKG Perkirakan Indonesia Masuk Musim Pancaroba Pada Maret hingga April
"Tentu pertemuan tersebut bukan sekedar silaturahmi atau pertemuan biasa biasa saja, pasti bicara tentang politik saat ini pasca Pilpres," katanya saat di konfirmasi, Senin 26 Febuari 2024.
Namun, detail pembicaraan antara Prabowo dan SBY tetap menjadi misteri.
"Apa isi pertemuannya?, apa yang dibicarakan?, hanya berdua yang tahu pasti. Tetapi paling tidak, bicarakan tentang hal-hal, ucapan terimah atas dukungan Demokrat dan SBY dalam pilpres yang lalu," jelas Romli.
Terkait dugaan mengenai pembahasan dalam pertemuan tersebut mencakup beberapa hal, termasuk saran terkait pemerintahan, mengingat pengalaman SBY sebagai mantan presiden selama dua periode.
BACA JUGA:Sering Dijadikan Olahan Buka Puasa, Intip 6 Manfaat Mengkonsumsi Labu Kuning untuk Kesehatan Tubuh
Romli juga menyebut kemungkinan pembahasan tentang rencana hak angket yang diwacanakan oleh PDIP, yang dapat mempengaruhi dinamika politik nasional.
"Sementara itu, bisa jadi juga pembahasan mengenai komposisi kabinet bagi Partai Demokrat, terutama dalam mengisi posisi menteri untuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)," tambah Romli.
Berbagai spekulasi dan harapan publik bergulir tentang kemungkinan dampaknya terhadap politik nasional ke depan. (Fajar Ilman/disway.id)