Biaya Game Makin Mahal, Sega Pilih AI untuk Efisiensi

Biaya Game Makin Mahal, Sega Pilih AI untuk Efisiensi--

KORANPRABUMULIHPOS.COM — Sega, raksasa industri game asal Jepang, mengonfirmasi bahwa mereka akan mulai memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung proses pengembangan game di masa mendatang. Meski begitu, perusahaan menegaskan bahwa teknologi tersebut akan digunakan secara hati-hati dan hanya pada tahapan tertentu saja.

Pernyataan ini muncul dalam sesi tanya jawab antara Sega dan para investor, ketika mereka ditanya mengenai meningkatnya biaya produksi game dan apakah perusahaan berniat mengikuti tren pengembangan skala besar atau mencari metode yang lebih efisien.

“Alih-alih sepenuhnya mengikuti arah tren saat ini, kami juga akan berupaya meningkatkan efisiensi, termasuk melalui pemanfaatan AI,” jawab perwakilan Sega, seperti dikutip dari Video Games Chronicle, Selasa (9/12/2025).

Namun Sega menambahkan, penggunaan AI tidak akan merambah ke semua proses. Mereka akan memilih dengan sangat selektif kapan dan di bagian mana teknologi tersebut benar-benar dibutuhkan.

Sebagai pemilik waralaba besar seperti Sonic, Yakuza, dan Persona, Sega memahami bahwa AI generatif telah menjadi topik yang sensitif dalam beberapa tahun terakhir. Karena itu, mereka tak ingin sembarangan menerapkannya, terutama pada elemen yang berkaitan dengan kreativitas dan karya seni.

“Karena adopsi AI bisa menimbulkan penolakan di bidang kreatif seperti desain karakter, kami akan bergerak dengan hati-hati, dan menilai secara teliti kasus penggunaan yang memang cocok—misalnya untuk menyederhanakan proses produksi,” jelas perusahaan.

Dari sisi lain industri, veteran CD Projekt Red, Konrad Tomszkiewicz, turut menilai bahwa AI memang memiliki tempat dalam pengembangan game. Meski begitu, ia menegaskan AI tidak akan mampu menggantikan kreativitas manusia.

“Saya tidak percaya AI bisa menggantikan orang-orang kreatif. AI bisa membantu, tapi tidak bisa mengambil alih. Game yang dibuat sepenuhnya oleh AI tidak akan punya jiwa,” katanya.

Meski bersikap kritis, ia tidak menutup diri terhadap kemajuan teknologi. Menurutnya, AI lebih tepat bila berkembang sebagai alat bantu, semisal penerjemah otomatis, bukan sebagai sistem yang mencuri karya atau menghasilkan grafis dan animasi dari hasil belajar atas karya manusia.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan
IKLAN
PRABUMULIHPOSBANNER