Benarkah Ahli Kubur Menangis Saat Takbiran? Ini Faktanya!

ilustrasi--
KORANPRABUMULIHPOS.COM - Dalam tradisi Islam, perayaan Idulfitri selalu diawali dengan lantunan takbir yang menggema di berbagai penjuru sebagai ungkapan kebesaran Allah SWT. Umat Muslim dianjurkan untuk bertakbir sebagai bentuk penghormatan terhadap keagungan-Nya. Namun, di tengah pelaksanaan ibadah ini, beredar sebuah mitos bahwa ahli kubur menangis saat mendengar takbiran di malam Lebaran. Benarkah demikian? Mari kita telaah lebih lanjut.
Mitos Ahli Kubur Menangis Saat Lebaran
Sejumlah masyarakat percaya bahwa para ahli kubur menangis di malam takbiran karena mereka merindukan kebersamaan dengan keluarga yang masih hidup. Ada juga anggapan bahwa mereka bersedih karena tidak lagi memiliki kesempatan untuk menambah amal ibadah. Namun, tidak ada dalil atau hadits yang mendukung klaim tersebut.
Dalam kanal YouTube Abah Sayf Abu Hanifah, Ketua Umum Yayasan Al-Bahjah, mitos ini dijelaskan sebagai kepercayaan turun-temurun yang berkembang di kalangan masyarakat, khususnya yang lebih tua. Ia menegaskan bahwa justru mayat akan merasa bahagia jika mendengar keluarganya menyebut nama Allah.
Pendapat ini sejalan dengan pandangan dalam mazhab Syafi’i. Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh Sunnah menyebutkan bahwa ahli kubur dapat mengetahui perbuatan keluarganya di dunia. Jika amal yang dilakukan baik, mereka akan merasa bahagia. Sebaliknya, jika buruk, mereka akan bersedih. Hal ini juga diperkuat oleh hadits dari Ibnu Jarir yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA:
"Sesungguhnya amal kalian akan ditampakkan pada keluarga kalian yang sudah meninggal dunia. Jika mereka melihat perbuatan yang baik, mereka akan berbahagia. Dan jika mereka melihat perbuatan yang buruk, mereka merasa sedih dan gelisah." (HR. Ibnu Jarir)
Makna Takbiran dalam Islam
Takbir merupakan salah satu syiar Islam yang dianjurkan untuk dikumandangkan pada malam Idulfitri dan Iduladha. Hal ini berlandaskan firman Allah dalam Al-Qur'an:
"Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah: 185)
Menurut ajaran Imam Syafi'i, lafaz takbir yang umum dibaca adalah:
"Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu."
Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar. Segala puji bagi-Nya."
Takbir ini dapat dikumandangkan di berbagai tempat, baik di masjid, rumah, jalan, maupun saat dalam perjalanan mudik. Rasulullah SAW juga menekankan bahwa takbir termasuk amalan yang sangat dianjurkan pada hari-hari besar Islam:
"Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya." (HR. Ahmad)
Kesimpulan
Mitos mengenai ahli kubur menangis saat takbiran di malam Lebaran tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam. Sebaliknya, mereka justru merasa bahagia jika keluarganya melakukan amal baik dan menyebut nama Allah. Takbiran sendiri adalah bagian dari ibadah yang dianjurkan untuk mengagungkan kebesaran Allah dan memperkuat keimanan umat Islam. Oleh karena itu, marilah kita menjadikan momen takbiran sebagai pengingat untuk terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Wallahu a'lam. (*)