Ilmuwan Temukan Air Berusia 2 Miliar Tahun, Rasanya Sangat Asin!

(Foto: J Telling (2009)/Nature --
KORANPRABUMULIHPOS.COM – Pada tahun 2016, sekelompok ilmuwan menemukan air tertua di Bumi di salah satu tambang terdalam di dunia yang terletak di Ontario, Kanada. Tambang ini sebelumnya digunakan untuk menambang logam seperti tembaga dan perak, sehingga memiliki kedalaman beberapa kilometer hingga mencapai kerak bumi.
Ketika para ahli geologi mencapai kedalaman sekitar 3 km, mereka menemukan sebuah kolam air yang ternyata berusia luar biasa tua. Berdasarkan hasil penelitian, air ini dinyatakan sebagai air tertua di Bumi yang masih bertahan hingga saat ini.
Penemuan ini bukan sekadar bukti sejarah geologi, tetapi juga memberikan wawasan baru mengenai jejak kehidupan purba di planet kita.
Jejak Air Tertua di Bumi
Mengutip laporan dari IFLScience pada Rabu (19/2/2025), air purba tersebut diperkirakan telah terjebak di dalam tambang selama 2 miliar tahun tanpa kontak dengan dunia luar. Tim peneliti dari Universitas Toronto yang menemukannya menggunakan metode analisis gas untuk menentukan usianya, termasuk dengan mengukur kandungan helium dan xenon yang ada di dalam air.
Hal yang mengejutkan, air ini bukan hanya sekadar tetesan kecil yang terperangkap dalam batuan, melainkan dalam jumlah yang cukup besar dan bahkan masih mengalir.
"Orang-orang mungkin mengira air tertua di Bumi hanyalah beberapa tetes yang terperangkap di dalam batu. Namun, kenyataannya, air ini benar-benar mengalir deras seperti mata air," ungkap Profesor Barbara Sherwood Lollar, pemimpin penelitian tersebut.
Air ini keluar dengan kecepatan beberapa liter per menit, menunjukkan bahwa volumenya jauh lebih besar dari yang pernah diperkirakan sebelumnya.
Seperti Apa Rasanya Air Berusia 2 Miliar Tahun?
Dalam upaya memahami karakteristiknya, para ilmuwan bahkan mencoba mencicipi air purba tersebut. Profesor Sherwood Lollar menyentuhkan jari ke air tersebut lalu mencobanya langsung.
"(Rasanya) sangat asin dan pahit, bahkan jauh lebih asin dibanding air laut," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa tingkat salinitas yang tinggi dapat memberikan petunjuk mengenai usia air. Semakin tua airnya, semakin pekat kadar garam yang terkandung di dalamnya.
Bagi para ahli geologi, menggunakan indra perasa dalam penelitian bukanlah hal yang asing. Mereka sering kali menjilat batuan sebagai bagian dari metode analisis untuk memahami komposisi mineral yang dikandungnya.
"Jika Anda seorang ahli geologi, kemungkinan besar Anda sudah pernah menjilat banyak batu," kata Prof Sherwood Lollar sambil bercanda.
Petunjuk Kehidupan Purba dalam Air Tua
Selain menemukan air purba yang luar biasa tua, para ilmuwan juga mendeteksi keberadaan jejak kehidupan kuno di dalamnya. Melalui analisis kandungan sulfat dalam air, mereka menemukan indikasi bahwa mikroorganisme pernah hidup di sana dalam kurun waktu yang sangat lama.
"Melalui penelitian sulfat dalam air, kami menemukan sinyal yang mengindikasikan adanya kehidupan. Lebih lanjut, sinyal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme telah bertahan dan berkembang dalam air ini selama miliaran tahun," jelas Prof Sherwood Lollar.
Temuan ini memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai bagaimana organisme purba dapat bertahan dalam kondisi ekstrem. Lebih dari itu, penelitian ini juga membuka kemungkinan baru dalam pencarian kehidupan di luar Bumi, seperti di planet Mars atau bulan-bulan es di Tata Surya yang memiliki lingkungan serupa.
Sebelumnya, pada tahun 2013, tim peneliti yang sama juga pernah menemukan air kuno di lokasi tambang tersebut. Namun, air yang ditemukan saat itu "hanya" berusia sekitar 1,5 miliar tahun, 500 juta tahun lebih muda dari air yang baru ditemukan ini.
Temuan ini semakin memperkuat bukti bahwa Bumi menyimpan banyak rahasia tentang masa lalunya, yang masih menunggu untuk diungkap. (*)