KORANPRABUMULIHPOS.COM - Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), kebutuhan akan data center diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Dalam lima tahun ke depan, kebutuhan daya untuk AI data center diperkirakan akan melonjak dari 57 Gigawatt (GW) menjadi 152 GW, atau meningkat 2,5 kali lipat.
Potensi besar ini diharapkan dapat mendukung target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% selama pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming di periode 2024-2029. Menurut Dirgayuza Setiawan, Editor Buku Strategi Transformasi Bangsa Prabowo Subianto, perusahaan hyperscaler global seperti Microsoft, Apple, dan Amazon akan mulai meminta energi terbarukan mulai tahun 2030 dan bersedia membayar harga premium untuk energi tersebut.
Dirgayuza menekankan bahwa Indonesia memiliki sumber daya terbarukan yang melimpah yang dapat memenuhi kebutuhan pasar data center global. "Kita memiliki potensi besar dalam energi terbarukan, termasuk PLTA di Kayan dan Membramo yang dapat mencapai 40 GW. Selain itu, PLN juga berencana membangun PLTA di Sumatera sebanyak 4,3 GW. Energi panas bumi juga merupakan kekuatan besar kita," ujarnya.
Potensi PLT Panas Bumi di Indonesia mencapai 23,7 GW atau sekitar 40% dari potensi global, meskipun saat ini baru tereksploitasi sebesar 2,3 GW. "Peluang besar ada untuk direct purchase agreement dengan perusahaan geothermal Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatera," tambah Dirgayuza.
BACA JUGA:Samsung Galaxy Tab S10, Fitur Unggulan dan Perubahan Desain Terbaru
Belum lama ini, Meta, induk perusahaan Facebook, WhatsApp, dan Instagram, mengumumkan investasi sebesar 13 GW dari 57 GW ke dalam proyek geothermal melalui perusahaan mitra mereka. Hal ini menunjukkan adanya peluang besar bagi perusahaan geothermal Indonesia untuk berpartisipasi dalam pasar global.
Sementara itu, CEO DCI Indonesia, Otto Toto Sugiri, menyatakan bahwa pengembangan data center di Indonesia bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama dalam menghadapi persaingan dengan negara tetangga seperti Malaysia. "Semua pelaku industri global memprioritaskan listrik yang aman, harga yang kompetitif, dan energi hijau karena target carbon neutral pada tahun 2060," ujar Toto.
Ia menambahkan bahwa AI memerlukan data yang besar untuk berfungsi dengan baik. Dengan jumlah penduduk yang besar di Indonesia, ada potensi besar untuk menghasilkan data yang dapat mendukung perkembangan AI dan data center. "Penting bagi negara untuk memikirkan bagaimana meng-generate data yang besar untuk mendukung pertumbuhan industri ini," kata Toto.
Dengan sumber daya alam yang melimpah dan potensi pasar yang besar, Indonesia berada di posisi strategis untuk menjadi pusat data center global yang berkelanjutan. (*)