Ia berharap peringatan ini bisa menjadi pemicu gerakan literasi nasional yang menyentuh seluruh kalangan—dari siswa sekolah dasar hingga kalangan profesional. Lebih dari Sekadar Simbol Hari Buku Nasional tidak hanya dirayakan dengan seremoni semata.
Banyak pihak memanfaatkannya untuk mengadakan berbagai kegiatan yang bertujuan menumbuhkan minat baca, seperti pameran buku, diskusi literasi, program donasi buku, hingga kampanye membaca di media sosial.
BACA JUGA:Perilaku Menyendiri, Tanda Gangguan Kepribadian yang Perlu Diwaspadai
BACA JUGA:Bukan Hibah, Tapi Solusi! Pemerintah Kucurkan Rp250 Triliun untuk Koperasi Desa Merah Putih
Sekolah, perpustakaan, komunitas literasi, hingga penerbit ikut ambil bagian dalam memeriahkan hari ini. Di era digital seperti sekarang, tantangan dalam meningkatkan literasi semakin kompleks.
Akses informasi memang menjadi lebih mudah, namun kecepatan dan banjir konten kerap membuat masyarakat enggan membaca secara mendalam. Buku dalam bentuk fisik maupun digital tetap memiliki keunggulan dalam memberikan pemahaman yang utuh dan reflektif.
Harapan di Balik Harbuknas
Hari Buku Nasional menjadi engingat bahwa membangun bangsa yang kuat dimulai dari masyarakat yang gemar membaca. Literasi bukan hanya soal kemampuan memahami teks, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, menilai informasi, dan mengambil keputusan yang tepat.
Buku menjadi medium yang menjembatani masyarakat menuju pengetahuan yang lebih luas, wawasan yang lebih tajam, dan karakter yang lebih bijaksana.
Melalui Hari Buku Nasional, diharapkan masyarakat Indonesia dapat memperkuat budaya membaca, memperkaya literasi digital, dan menumbuhkan kebiasaan belajar sepanjang hayat. Buku tidak hanya sebagai sumber ilmu, tetapi juga sebagai sahabat dalam perjalanan hidup dan pembentukan jati diri.(*)