JAKARTA- Indonesia Fintech Society (IFSoc) menyoroti penggunaan QR Indonesian Standard (QRIS) yang masih terbilang kurang masif di Indonesia. Hal ini salah satunya dipicu oleh UMKM daerah yang belum membuka metode pembayaran dengan QRIS.
Steering Committee IFSoc Dyah N.K. Makhijani mengatakan, banyak UMKM yang salah paham dengan biaya atau merchant discount rate (MDR) yang dikenakan sebesar 0,3%. Berdasarkan temuan IFSoc, cukup banyak UMKM di beberapa daerah yang mengira kalau potongannya justru sebesar 30% dari pendapatan.
"Cukup banyak UMKM yang nggak paham 0,3%. Dikira 0,3% itu akan mengurangi 30%, instead of 0,3% dari pendapatan. Jadi banyak umkm yang mulai nggak mau pakai QR," katanya, dalam Press Briefing Catatan Akhir Tahun 2023 Industri Fintech dan Ekonomi Digital, lewat saluran telekonferensi, Jumat (29/12/2023).
BACA JUGA:Diwarnai Sujud Syukur, Mendag Beri Bantuan Modal Ke Pedagang Pasar Kebumen
"Padahal kalau kita bicara mengenai penerimaan Rp 100.000, 0,3% itu (sebesar) Rp 300 rupiah. Ini yang ternyata cukup massive terjadi di berbagai daerah," sambungnya.
Adapun pada awal masa diluncurkannya, Bank Indonesia (BI) meniadakan MDR tersebut lantaran pandemi COVID-19 tengah melanda. Namun usai pandemi mereda, MDR pun mulai diberlakukan. Karena itulah, tidak sedikit UMKM yang kaget dan malah jadi 'gagal' paham karena belum mendapat informasi yang jelas.
Oleh karena itulah, kondisi ini mendapat perhatian lebih. Pihaknya pun juga sudah menyampaikan hal ini kepada BI. Harapannya, sosialisasi akan digencarkan kembali, terutama di daerah-daerah. Dengan demikian, penggunaan QRIS tidak tersentralisasi di Pulau Jawa saja.
BACA JUGA:Bulog Gaet Pelindo buat Perlancar Bongkar Muat Beras Impor
Posisi QRIS sendiri khususnya untuk UMKM terbilang cukup strategis dalam mendukung kemudahan pembayaran. Bahkan, dari total 30 juta merchant QRIS, 91%-nya adalah UMKM.
"Itu (QRIS) merupakan cara pembayaran yang sangat mudah murah sekali. Sehingga kita lihat room peningkatan adopsi QRIS ini masih besar untuk ke depannya," ujarnya.
Di sisi lain, Dyah juga melaporkan catatan jumlah pengguna QRIS periode Januari s.d Oktober 2023 ini. Total transaksinya mencapai 1,6 miliar, dengan jumlah pengguna mencapai 43-44 juta. Secara year-to-date, angka ini menunjukkan perkembangan signifikan sejak diluncurkannya di 2021.
"Tetapi kalau kita rata-ratakan, itu per pengguna kira-kira cuma sekitar 3-4 penggunaan per bulan, Kalau bicara year-to-date. Itu sebetulnya banyak sekali room yang bisa dioptimalkan," ujarnya.
Selain menyangkut UMKM, untuk mendorong penggunaan QRIS pihaknya juga menyoroti tentang QRIS antarnegara. Menurutnya, saat ini penggunaannya terbilang masih kurang optimal padahal BI sudah bekerja sama dengan negara-negara seperti Thailand, Malaysia, hingga Singapura.
"Kalau kita lihat in town transaction dari turis yang diharapkan datang dan belanja di UMKM kita sehingga meningkatkan pendapatan UMKM, itu ternyata masih kecil sekali. Memang belum ada data di-publish BI, hanya dari beberapa pidato, angkanya tidak besar sampai Juli 2023," katanya.
BACA JUGA:Yamaha Fazzio Saingan Honda Scoopy! Keren Dibawa Keliling, Segini Harganya...