Dari Hijab ke Donat Kentang; Kisah Sukses Anggota Bhayangkari Lia Senda Rianty di Tengah Pandemi
Dari Hijab ke Donat Kentang, Kisah Sukses Anggota Bhayangkari Lia Senda Rianty di Tengah Pandemi--Istimewa
OKU TIMUR, KORANPRABUMULIHPOS.COM - Lia Senda Rianty memiliki cerita menarik sebagai pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Berkat kerja keras dan ketekunannya dalam bisnis donat kentang, ia kini meraih omset mencapai Rp60 juta per bulan melalui brand Haya.Co. Bagaimana perjalanan bisnisnya?
Lia, yang kini berusia 33 tahun, lahir dan besar di Malang, meskipun kedua orang tuanya berasal dari Sumatera Selatan, khususnya dari Kobinasu, Lahat, Ogan, dan Muara Enim. Selain sebagai ibu dari dua anak, Lia adalah seorang Bhayangkari dan istri dari Brigpol Asep E Karta Perwata, anggota Polres OKU Timur.
Toko donat kentang milik Lia, yang terletak di Jalan Merdeka Cidawang, Kelurahan Pakusekunyit, Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan sangat sederhana, aroma khas donat langsung tercium dan menggugah selera.
Di toko Haya.Co, selain donat kentang, tersedia juga berbagai kuliner lainnya seperti jajanan pasar dan berbagai minuman. BACA JUGA:Jembatan P6 Lalan Muba Ditargetkan Selesai November 2024
BACA JUGA:BREAKING: Listrik Lubuklinggau Bakal Mati 8 Jam, Lihat Daerah Kamu Termasuk atau Tidak!
Lia menyambut dengan ramah, menunjukkan keahlian komunikasi yang baik—sebuah cerminan dari latar belakang pendidikannya sebagai lulusan Akuntansi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya (Unsri), dan saat ini sedang mengejar gelar Magister Administrasi Bisnis (MBA) di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dalam kesibukannya melayani pelanggan, Lia juga berbagi tentang perjalanan bisnisnya. Dia memulai usahanya pada tahun 2018 setelah menikah, dengan memasarkan pakaian muslimah hijab melalui brand Hayastuf.
Namun, bisnis pakaian muslimah mengalami penurunan seiring dengan turunnya tren dan dampak Covid-19 pada tahun 2019.
Di tengah masa-masa sulit tersebut, Lia memutuskan untuk beralih ke bisnis kuliner, meskipun awalnya ia tidak begitu mahir dalam memasak. Ia mulai belajar membuat donat melalui berbagai kursus dan eksperimen resep. Meskipun sering gagal, ia terus berusaha hingga akhirnya produk donatnya mendapatkan respon positif dari tetangga.
BACA JUGA:Pengemudi Ojol di Sumsel Desak Regulasi Tarif
BACA JUGA:Kebakaran Hebat Hancurkan Mess PT MUM di Muara Enim, Kerugian Material Besar
Keberhasilan pertama Lia datang ketika donat kentangnya mulai dikenal di acara keluarga, seperti yasinan, yang mengarah pada meningkatnya permintaan. Pada Juli 2019, Lia memutuskan untuk membuka toko resmi dengan modal sekitar Rp5 juta, meskipun awalnya hanya dengan layanan pesan antar.
Dengan memilih bahan baku premium dan menghadapi berbagai kendala seperti sulitnya memperoleh bahan baku dan masalah kapasitas produksi, Lia terus beradaptasi. Meskipun omzetnya mengalami fluktuasi, Lia tetap optimis.
“Alhamdulillah, meskipun ada naik turun dalam usaha, kami tetap bertahan dan terus berusaha memperbaiki diri,” ujarnya.