Korea Selatan Hadapi Masalah Amarah Kronis, Survei Ungkap Fakta Mengejutkan
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Andranik Hakobyan)--
KORANPRABUMULIHPOS.COM - Meskipun sering digambarkan dalam drama Korea yang glamor, kenyataannya, sekitar setengah dari populasi Korea Selatan mengalami masalah kemarahan terpendam yang berlangsung lama.
Bahkan, sekitar 10 persen dari warga Korsel diketahui memiliki masalah amarah kronis.
Penelitian oleh You Myoung-soon, profesor di Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Nasional Seoul, mengungkapkan data ini melalui survei terhadap 1.024 orang dewasa yang dilakukan pada 12-14 Juni.
Para responden diminta untuk menilai tingkat kemarahan terpendam mereka menggunakan skala 1 hingga 4.
Hasil survei menunjukkan bahwa 49,2 persen responden mengalami kemarahan terpendam jangka panjang.
Di antara mereka yang mengalami kemarahan yang signifikan, sekitar 60 persen melaporkan pernah mempertimbangkan untuk bunuh diri.
Penelitian juga menemukan adanya perbedaan signifikan berdasarkan usia. Kelompok usia 60 tahun ke atas menunjukkan tingkat kemarahan terpendam yang paling rendah, hanya 3,1 persen, sementara 13,9 persen dari kelompok usia 30-39 tahun mengalami tingkat kemarahan tinggi. Secara keseluruhan, sekitar 54,3 persen dari kelompok usia 30-an dilaporkan memiliki amarah kronis, angka tertinggi di antara semua kelompok usia.
BACA JUGA:Blunder Kiper Vietnam Saat Ditekuk Rusia
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden dengan pendapatan lebih tinggi cenderung merasa lebih puas dengan hidup mereka dibandingkan mereka yang berpenghasilan rendah. Kesulitan dalam mengelola emosi dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik. Kemarahan terpendam dapat memicu kecemasan, depresi, dan berbagai masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, sakit kepala, gangguan kulit, dan masalah pencernaan.
WebMD menggarisbawahi bahwa kemarahan yang tidak diungkapkan dengan benar dapat merusak hubungan, memengaruhi pola pikir dan perilaku, serta menimbulkan masalah kesehatan yang lebih serius. (*)