4G Nggak Mempan, Starlink Harus Dilawan Pakai Sinyal 5G

--

Jakarta - Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengungkapkan koneksi dari satelit internet Starlink milik Elon Musk hanya bisa ditandingi dengan layanan 5G.

Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel, Sigit Puspito Wigati Jarot, melakukan pengukuran perbandingan layanan internet Starlink dan seluler di Slovakia.

"Dan, ini settingannya sederhana sekali, yang satu (layanan) lewat Starlink, satu lagi lewat seluler 5G NSA, 4G, dan 3G. Apa yang diukur downlink dan uplink, serta latency test. Supaya adil dilibatkan cloudfare agar tidak kena isu DDOS," ujar Sigit di Jakarta, Senin (13/11/2023)

"Menariknya, ini sangat mengagetkan saya, ternyata Starlink itu melebihi 5G NSA, apalagi LTE, dari segi downlink di Slovakia, kalau di Indonesia saya tidak tahu. Tapi, kalau di Indonesia, setahu saya belum sampai segini (kecepatany) LTE-nya," sambungnya.

Sigit memaparkan dari segi latensi Starlink itu berada di antara layanan seluler 3G dan 4G. Artinya, secara kinerja, apabila 4G tidak berkualitas, maka internet Starlink itu hanya bisa ditandingi oleh 5G.

"Maka, Starlink ini cukup menggoda, yang melawan (internet) Starlink ini harus 5G. Kalau 5G sudah tergelar, maka tidak mengkhawatirkan, tapi kalau masih mengandalkan 4G dan Starlink tergelar kemudian dibebaskan bersaing, maka bisa jadi masyarakat jadi berminat," jelas Sigit.

Starlink sudah masuk ke Indonesia, hanya saja untuk melayani segmen pasar business to business (B2B). Belakangan, satelit berjenis low earth orbit (LEO) itu akan menyasar pasar ritel dengan menyediakan akses layanan internet langsung ke masyarakat.

Bahkan, Starlink yang berada di bawah naungan SpaceX itu sudah mendirikan perusahaan di Indonesia bernama PT Starlink Services Indonesia. Hanya saja, berdasarkan informasi terakhir dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bahwa Starlink belum melakukan pengurusan izin layanan business to consumer (B2C).

Sigit menyoroti jika Starlink masuk ke pasar ritel Indonesia. Isu kedaulatan negara menjadi taruhannya.

"Isu kedaulatan ini tentang Starlink, ada kajiannya, salah satunya dari UI. Ada beberapa potensi yang cukup mengkhawatirkan kalau mereka masuk dengan bebas, apakah masalah penyadapan, inteljen dan sebagainya. Ini memang harus dikaji," ucapnya.

Sigit juga menyampaikan penggelaran 5G di Indonesia harus diperluas lagi perkembangannya. Sebab, jika tidak demikian, maka Indonesia akan tertinggal dibandingkan negara lainnya.

"Akan tertinggal dari negara lain, akan tertinggal relevansinya," pungkasnya. (dc)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan
IKLAN
PRABUMULIHPOSBANNER