LFP Bikin Heboh, Antam Masih Pede Garap Nikel?

Ilustrasi penambangan Nikel - Foto: ANTARA FOTO/JOJON--

Jakarta - Lithium ferrophosphate (LFP) tengah menjadi topik yang hangat usai disinggung oleh calon wakil presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres. Gibran menuding, Timnas AMIN kerap menggaungkan jika Tesla tidak menggunakan nikel untuk mobil listriknya.

Menurut Gibran, hal itu merupakan kebohongan publik. Hal itu pun telah direspons Thomas Lembong selaku Co-Captain Timnas AMIN. Thomas Lembong mengatakan, Tesla yang tidak menggunakan nikel ialah Tesla yang diproduksi di China.

Lalu, bagaimana PT Aneka Tambang Tbk merespons soal LFP ini? Dan bagaimana langkah perusahaan terhadap nikel?

Direktur Utama Aneka Tambang Nico Kanter mengakui, pasar baterai LFP memang lebih dominan dari baterai NCM berbasis nikel. Namun, ia percaya ekosistem hilirisasi yang Antam teken pada Desember lalu adalah sesuatu yang harus disyukuri dan dikawal.

BACA JUGA:Dua Tersangka Kasus Pasir Timah Ilegal Penagan                                                     

"Karena EV ekosistem yang ada kemarin di Indonesia adalah yang pertama di dunia. Maksudnya di negara lain juga nggak ada. Karena negara lain mungkin lebih punya infrastruktur dan lain-lain, tapi mereka nggak mempunyai sumber daya alamnya," katanya di Ombudsman RI Jakarta, Selasa (23/1/2023).

Dia mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya alam. Sumber daya alam itu kemudian diolah. Dia mengatakan, ekosistem kendaraan listrik Indonesia akan menjadi yang pertama di dunia.

"Kita punya sumber daya alamnya, kita bisa monetize kita bangun RKEF atau mid stream kita akan bangun nikel sulfatnya, kita bangun prekursor, kita bangun electric vehicle battery-nya sel. Bahkan recycling juga akan dibikin di sini. Jadi this go to be first in the world, tapi itu akan butuh waktu," terangnya.

Kembali, pembentukan ekosistem baterai kendaraan listrik ini perlu dikawal. Apalagi, dia mengatakan, Antam baru saja mendapatkan mitra yang investasi sebesar Rp 7 triliun. Investor tersebut merupakan produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia.

"Kita perlu kawal dengan baik, kemarin ditandatangani satu komitmen, investor ini Rp 7 triliun masuk di Antam. Kan nggak sembarang investor karena investor yang bermitra dengan kita adalah the biggest EV battery producer in the world di dunia jadi kita apa lagi, kita bersyukur tapi harus kawal," katanya.

Saat ditanya apakah dirinya lebih percaya pada nikel, Nico mengatakan, dirinya lebih percaya pada nikel karena memiliki kelebihan.

"Saya bilang lebih pede karena nikel mempunyai kelebihan-kelebihan, jangka panjangnya daripada baterai itu lebih baik, dari sisi safety-nya juga lebih baik, saya pikir semua masing-masing punya kelebihan. Kalau harga nikel terlalu mahal orang akan lari ke LFP, jadi sekarang LFP makanya menguasai the market. Tapi karena mitra kita dia produce LFP, dia juga produce NCM," katanya. (*)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan
IKLAN
PRABUMULIHPOSBANNER